KONTAN.CO.ID - Pada minggu ini, badan intelijen Korea Selatan memberikan gambaran sekilas tentang aliansi yang semakin meningkat antara Rusia dan Korea Utara. Mengutip Business Insider, Korea Utara telah mengirimkan amunisi artileri dalam jumlah besar ke Rusia, jalur penyelamat dalam invasi Ukraina yang telah mengisolasinya dari sebagian besar dunia. Mengutip laporan intelijen, seorang anggota parlemen Korea Selatan mengatakan bahwa sejak 2022 Korea Utara telah mengirim lebih dari 13.000 kontainer pengiriman ke Rusia yang mungkin berisi hingga 6 juta peluru.
Itu adalah simpanan yang jauh lebih besar daripada yang berhasil dikumpulkan oleh sekutu Barat Ukraina yang lebih kaya. Sekutu Ukraina di Eropa gagal mencapai tujuan untuk mengirimkan 1 juta peluru ke Ukraina pada tahun yang berakhir Mei. Analis mengatakan jalur pasokan Korea Utara berarti Rusia dapat mempertahankan perangnya yang melelahkan di Ukraina untuk masa mendatang karena berupaya menggerogoti dukungan internasional untuk Kyiv dan menunggu Ukraina kehabisan amunisi. Di sisi lain, Korea Utara menerima teknologi untuk membantunya maju meskipun menjadi negara paria. Baca Juga: Serangan Ukraina di Kursk Uji Keberanian Wajib Militer Muda Rusia Penggunaan baru untuk senjata lama Amunisi kuno telah menjadi vital sekali lagi di Ukraina, di mana pertempuran sering kali menyerupai perang parit yang melelahkan dari Perang Dunia I. Dan dengan kedua belah pihak melepaskan ribuan peluru setiap hari. Alhasil, volume menjadi penting. Tidak seperti senjata berpemandu presisi canggih yang diberikan kepada Ukraina oleh sekutu Baratnya, peluru tidak bergantung pada sistem GPS untuk panduan sehingga tidak dapat dilawan oleh unit perang elektronik yang mengacak koordinatnya. Itu adalah sesuatu yang dimiliki Korea Utara dalam jumlah besar. "Meskipun dalam banyak hal DPRK tertinggal dari negara-negara NATO dalam teknologi militer, produksi massal amunisi peluru artileri tidak memerlukan kecanggihan," papar Jacob Parakilas, seorang analis pertahanan di RAND Europe, mengatakan kepada Business Insider. Dia mengatakan bahwa sejak 1953 Korea Utara telah mempersiapkan diri untuk dimulainya kembali perang "eksistensial" dengan AS, yakni dengan membangun persediaan besar-besaran.
TAG: