Hubungan mulai membaik, China dan AS bahas kerjasama perdagangan



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) mulai melunak. Pemerintahan kedua negara kini sepakat melanjutkan pembicaraan ke tahap berikutnya, yaitu mengenai peta jalan (roadmap) kerjasama perdagangan. Hal itu terlihat dari panggilan telepon yang dilakukan hari ini, antara Wakil Perdana Menteri China Liu He, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Perwakilan Perdagangan Robert Lighthizer.

Awal Desember ini, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menyetujui gencatan senjata, dengan menunda kenaikan tarif perdagangan AS dari 10% menjadi 25%. Rencana itu akan direalisasi mulai tahun depan terhadap berbagai barang-barang China senilai US$ 200 miliar.

Pada hari Minggu (9/12), Lighthizer mengatakan kedua negara akan menerapkan tarif dagang baru jika menyetujui perudingan hingga batas akhir 1 Maret 2019. Ia memperjelas batas waktu setelah seminggu terakhir pihak Trump dan para penasihatannya tampak kebingungan atas kesepakatan ini.


Kementerian Perdagangan China, dalam pernyataan singkat, mengatakan Liu telah berbicara dengan Mnuchin dan Lighthizer melalui panggilan telepon pada Selasa pagi, dalam waktu Beijing, China.

“Kedua belah pihak saling bertukar pandangan tentang pemberlakuan kesepakatan yang dicapai oleh para pemimpin kedua negara dalam pertemuan mereka, dan mendorong berjalannya jadwal dan peta jalan perdagangan di tahap berikutnya dari upaya perundingan ekonomi dan perdagangan,” kata Kementerian itu, seperti dilansir oleh Reuters, Selasa (11/12).

Seorang juru bicara Departemen Keuangan AS membenarkan bahwa panggilan dengan Liu, tetapi tidak merinci lebih lanjut. Kantor perwakilan Perdagangan AS juga tidak segera menanggapi permintaan tanggapan tentang panggilan itu.

Liu yang merupakan penasihat ekonomi terkemuka lulus universitas Harvad ini merupakan penasihat ekonomi penting dan diplomat dari pihak China. Dalam kesempatan yang berbeda, seorang diplomat penting China Wang Yi mengatakan jika China dan AS bekerjasama itu akan menguntungkan seluruh negara di dunia.

“Jika China dan AS berperang, maka tidak ada pemenang, dan itu akan merugikan seluruh dunia. Amerika Serikat harus melihat perkembangan China dari sisi yang lebih positif dan terus memperluas ruang dan kemungkinan yang saling menguntungkan,” kata Wang dalam sebuah forum.

Pasar global kian resah terhadap perang dagang yang terjadi di antara negara yang memiliki kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Keduanya saling klaim, China mengalami surplus perdagangan ketimbang AS, serta klaim Washington bahwa Beijing mencuri kekayaan teknologi dan intelektual negaranya.

Editor: Herlina Kartika Dewi