KONTAN.CO.ID - SEOUL. Pada Senin (1/7/2024), kementerian unifikasi Korea Selatan melaporkan bahwa Korea Utara telah mengalihkan transmisi siaran TV negara ke satelit Rusia dari satelit China. Langkah ini membuat pemantauan siaran tersebut menjadi tantangan bagi badan-badan pemerintah dan media Korea Selatan.
Reuters memberitakan, mulai 29 Juni, sinyal dari Korean Central Television milik Korea Utara dibawa oleh satelit Rusia, Express 103, dan bukannya satelit ChinaSat 12.
Demikian ungkap seorang penyedia layanan antena parabola Korea Selatan kepada Reuters. Perusahaan tersebut menolak untuk disebutkan namanya karena sensitivitas masalah ini. Pergantian satelit ini dilakukan setelah kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Korea Utara pada bulan Juni, di mana ia bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan menandatangani perjanjian untuk memperdalam kerja sama di semua bidang termasuk janji pertahanan bersama. Meskipun masih memungkinkan untuk menonton TV Korea Utara secara online, kualitasnya mungkin tertunda atau berkualitas rendah.
Baca Juga: Korea Utara Klaim Berhasil Uji Coba Rudal Balistik yang Bawa Hulu Ledak Super Besar Badan pemerintah dan media Korea Selatan kerap memantau media pemerintah Korea Utara sebagai sumber informasi yang terbatas dari Korea Utara, meskipun isinya sangat dipolitisasi dan diatur sedemikian rupa. "Korea Utara berhenti menggunakan satelit China yang ada dan mulai memancarkan siaran melalui satelit Rusia, dan penerimaan siaran satelit dibatasi di beberapa daerah di pihak kami," kata seorang pejabat kementerian unifikasi. Dia menambahkan bahwa kementerian tersebut sedang berusaha untuk menyelesaikan masalah teknis.
Entitas resmi di Korea Selatan membutuhkan akses ke layanan satelit untuk menonton siaran Korea Utara, dan masyarakat umum dilarang mengakses media Korea Utara.
Baca Juga: Kedekatan Vladimir Putin dengan Kim Jong Un Bisa Jadi Masalah Besar Bagi China dan AS Reuters tidak dapat menerima sinyal TV Korea Utara sejak Senin pagi. Sementara Rusia dan Korea Utara telah melakukan pendekatan dramatis yang menunjukkan hubungan yang semakin erat dan bersumpah untuk melawan Barat yang dipimpin oleh AS, China telah menghindari kesepakatan trilateral apa pun yang dapat mempersulit hubungannya dengan negara lain.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie