KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hujan terasa semakin jarang terjadi akhir-akhir ini. Topik ini hangat dibicarakan di sejumlah jejaring media sosial. Lantas, mengapa musim hujan semakin jarang terjadi akhir-akhir ini?
Penjelasan BMKG
Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto mengatakan, hujan yang terasa jarang pada 2023 disebabkan fenomena El Nino.
"Terkait hujan terasa jarang, 2023 merupakan tahun El Nino di mana memberikan dampak suplai hujan ke wilayah Indonesia," jelasnya, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (18/10/2023). Akibatnya, berdasarkan prakiraan, awal musim hujan periode 2023/2024 di 446 zona musim (ZOM) atau sekitar 64 persen di seluruh wilayah Indonesia mundur dari periode normal. Sementara itu, sebanyak 56 ZOM atau sekitar 8 persen masih sama, sedangkan 3 persen sisanya atau sejumlah 22 ZOM lebih cepat dari periode normal. Menurut Guswanto, jika dibandingkan tahun sebelumnya, datangnya musim hujan di Indonesia pada tahun ini memang terasa sangat lambat dan jarang. Misalnya, pada periode 2020 hingga 2022, wilayah Indonesia lebih sering merasakan hujan karena adanya fenomena La Nina. "Tahun 2020-2022 merupakan tahun La Nina, di mana dampaknya adalah suplai hujan di wilayah Indonesia bertambah," papar Guswanto.
Baca Juga: Luas Panen dan Produksi Padi Menurun di Tengah Kekeringan Akibat El Nino Adakah hubungan dengan pemanasan global?
Guswanto menjelaskan, global warming atau pemanasan global biasanya sangat erat dengan perubahan iklim. Kondisi tersebut mengacu pada perubahan suhu serta pola cuaca di permukaan Bumi dalam jangka panjang. Oleh karena itu, menurutnya, perubahan waktu kedatangan musim penghujan untuk periode 3-5 tahun atau saat ini 2-3 tahun merupakan dampak dari El Nino dan La Nina. "El Nino dan La Nina sangat memengaruhi musim di Indonesia, baik musim kemarau dan musim hujan," ungkap Guswanto. Sedangkan imbas dari pemanasan global, akan terasa dalam jangka panjang dengan skala 50-100 tahun. "Pergeseran ini mungkin bersifat alami, tetapi sejak periode 1800-an, aktivitas manusia telah menjadi pendorong utama perubahan iklim," kata dia. Aktivitas yang dimaksud, terutama berkat adanya pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara dan minyak yang menghasilkan gas pemerangkap panas. Dampak fenomena ini sendiri beragam, termasuk suhu lebih panas, badai yang lebih hebat, serta meningkatnya cuaca atau iklim ekstrem seperti kekeringan, banjir, dan sejenisnya. Sementara itu, menurut prakiraan BMKG, beberapa daerah di Indonesia telah memasuki musim hujan sejak akhir Agustus 2023.
Baca Juga: Daftar 3 Kabupaten/Kota Terpanas di Indonesia versi BMKG Daerah yang mulai diguyur hujan tersebut, meliputi sebagian besar Aceh, sebagian besar Sumatera Utara, sebagian Riau, Sumatera Barat bagian tengah, dan sebagian kecil Kepulauan Riau. Pada September 2023, sebagian Sumatera Barat dan Riau bagian selatan juga menyusul memasuki musim hujan. Sementara itu, berikut prediksi awal musim hujan 2023/2024 di beberapa wilayah Indonesia mulai Oktober hingga Desember mendatang: - Oktober: Jambi, Sumatera Selatan bagian utara, Jawa Tengah bagian selatan, sebagian Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah bagian barat, dan sebagian besar Kalimantan Timur.
- November: Sumatera Selatan, Lampung, sebagian besar Banten, Jakarta, Jawa Barat, sebagian besar Jawa Tengah, sebagian Jawa Timur, Bali, sebagian kecil Nusa Tenggara Barat, sebagian kecil Nusa Tenggara Timur, Sulawesi utara, Gorontalo, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian besar Sulawesi Selatan, Maluku Utara bagian utara, dan Papua Selatan bagian selatan. - Desember: Jawa Timur bagian utara, sebagian besar Nusa Tenggara Barat, sebagian besar Nusa Tenggara Timur, sebagian besar Sulawesi Tenggara, dan Maluku. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "
Hujan Terasa Semakin Jarang, Benarkah karena Pemanasan Global?" Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie