Hujan, produksi gula menyusut



JAKARTA. Produksi gula Indonesia pada tahun ini berpotensi menurun hingga 15% ketimbang tahun sebelumnya. Pasalnya, seperti terjadi beberapa tahun lalu, curah hujan tahun ini sangat tinggi sehingga rendemen gula rendah.

Aris Toharisman, Kepala Bidang Usaha dan Kerjasama Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) memperkirakan, tahun ini produksi gula nasional hanya akan mencapai 2,2 juta ton. Padahal tahun lalu, produksi gula bisa mencapai 2,59 juta ton.

Selain rendemen turun, perusahaan perkebunan tebu juga kesulitan memanen. Karena sejak awal musim giling, hujan terus mengguyur. Akibatnya, truk-truk tidak bisa menjangkau jauh ke kebun sehingga hanya yang dipinggir-pinggir jalan saja yang bisa dipanen. Akibatnya, pasokan batang tebu atau sugar cane yang digiling dibawah kapasitas pabrik gula sehingga menjadi tidak efisien karena bahan bakar yang digunakan tetap.


"Kapasitas pabrik gula banyak yang tidak terpenuhi, bahkan beberapa pabrik terpaksa berhenti menunggu pasokan," kata Aris.

Dampak dari kondisi ini memang cukup panjang. Menurut Soemitro Samadikoen Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) ongkos tebang maupun biaya angkut tebu ke pabrik gula. "Biaya tebang angkut petani semakin tinggi karena truk pengangkut tidak bisa langsung masuk ke sawah lahan tebu," ujar Soemitro.

Secara lebih rinci Soemitro bilang, biaya tebang angkut tebu untuk tahun ini untuk jarak normal hingga 30 kilometer (km) berada dikisaran Rp 12.000 per kwintal (kw)-Rp 13.000 per kg. Padahal tahun lalu hanya dikisaran Rp 8.000 -Rp 9.000 per kwintal.

Berdasarkan data dari Dewan Gula Indonesia (DGI), jumlah pabrik gula yang ada mencapai 18 unit. Tahun lalu, ke delapan belas pabrik gula ini berhasil memproduksi gula sebesar 2,59 juta ton.

Tahun ini, ada tambahan satu unit pabrik gula baru milik PT Gendhis Multi Manis (GMM). Pabrik gula yang berlokasi di Blora, Jawa Tengah diharapkan bisa beroperasi pada November 2013. Pada tahap awal, kapasitas giling pabrik baru ini 4.000 ton cane per day (TCD) atau 600 ton gula kristal putih per hari. Kapasitas giling ini akan dinaikkan menjadi 10.000 TCD tergantung pasokan tebunya.

Merevisi target

Dengan kondisi seperti itu, tentunya masing-masing pabrik gula harus menyesuaikan produksinya. Ismed Hasan Putro, Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) mengatakan, mau tak mau RNI merevisi target-targetnya. Semula, RNI optimis bisa menghasilkan sebanyak 200.000 ton tahun ini. Namun, kini RNI hanya berani mematok target produksi sama seperti tahun lalu, yakni sekitar 168.000 ton. Tingkat rendemen gula RNI tahun lalu 7%. 

Ismed bercerita, sejak awal musim giling, hujan terus mengguyur di perkebunan tebu milik RNI. "Hujan seperti ini berdampak terhadap pasok dan rendeman," katanya.

Luas perkebunan tebu yang berada dibawah pengelolaan RNI dan petani plasma tahun lalu mencapai 52.059,6 hektare (ha). Sedangkan jumlah tebu yang digiling mencapai lebih dari 4 juta ton.

RNI memiliki pabrik gula dibeberapa wilayah seperti di Jawa Timur, Jawa Barat dan Yogyakarta. Beberapa PG tersebut antara lain, PG Krebet Baru, PG Rejo Agung Baru, PG Sindang Laut, PG Karangsuwung, PG Tersana Baru, PG Jatitujuh, PG Subang, PT. PG Candi Baru.

Masa giling tebu RNI dijadwalkan akan selesai pada bulan Oktober atau November mendatang. Harga lelang gula pada awal masa giling tahun ini tidak jauh berbeda dengan tahun lalu yakni dikisaran Rp 9.800 per kg-Rp 10.000 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Fitri Arifenie