Humpuss akan garap terminal gas terapung Jawa 1



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) sudah berkongsi dengan Exmar Marine NV Nicolas Saverys pada 10 Oktober lalu. Mereka berinvestasi dalam proyek terminal gas terapung floating storage regasification unit (FSRU) Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa 1.

Asal tahu saja, operator PLTGU Jawa I berkapasitas 1.760 Megawatt (MW) adalah konsorsium Pertamina, Marubeni, Sojitz. Proyek pembangkit ini menelan biaya sekitar US$ 1,8 miliar. Sementara Perusahaan Listrik Negara (PLN) sudah menyiapkan kebutuhan gas PLTGU Jawa I tersebut dari BP Tangguh. 

Direktur Utama PT Humpus Intermoda Transportasi Tbk Theo Lekatompessy mengatakan, dengan kerjasama ini  HITS atau Indonesia bisa mendapatkan sumber teknologi FSRU dan tidak terbatas dari negara-negara Asia.  "Di bisnis angkutan LNG, kami sudah bermitra dengan MOL Tokyo sejak tahun 1985," ungkapnya ke KONTAN, Sabtu (4/11).


Theo mengungkapkan, pihaknya belum bisa memprediksi hasil akhir proyek FRSU untuk kebutuhan gas PLTGU Jawa I tersebut . "Saya tidak bisa bilang secara terbuka. Apakah sudah menang di proyek PLN atau belum. Surat resminya belum keluar dari PLN," kata Theo.

Dia bilang, surat resmi pemenang lelang FSRU proyek PLTGU Jawa I diharapkan terbit dari  PLN dan Pertamina pada kuartal I-2018. Sayang, Humpuss belum mau membeberkan total investasi FSRU untuk PLTGU Jawa I. 

Selain proyek FSRU  PLTGU Jawa I itu, Theo membeberkan pihaknya juga mengincar potensi proyek untuk FSRU lain yang akan dilelang antara kurun waktu tahun 2017 sampai 2020 mendatang. Proyek itu terletak di Filipina utara, Myanmar selatan,  PLN wilayah timur dan tengah, serta proyek BUMN lain dengan cakupan pasar Indonesia dan Asean. "Pasar Asean itu sekitar US$ 400 juta, Proyek-proyek tidak bisa di-disclose karena ada confidentiality agreement and business secret reason," jelasnya.

Dari berbagai proyek tersebut, menurut Theo, pihaknya membutuhkan dana sekitar US$ 300 juta yang berasal dari pinjaman. Untuk kreditur, rasanya tidak bank lokal. Mengingat bank lokal menggetok bunga pinjaman hingga 12%. 

Pihaknya belum menghitung secara mendetail kelayakan proyek FSRU itu. "Pendapatan kalau IRR (tingkat pengembalian) 11% belum bisa dihitung apakah layak  atau tidak," bebernya.

Meski kondisi industri perkapalan masih lesu, di kuartal III-2017, HITS mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan sekitar 20,68% menjadi US$ 51,07 juta.  Sedangkan laba yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk melesat 55%. Dari US$ 3,5 juta di kuartal III-2016 menjadi US$ 4,85 juta di kuartal III-2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati