KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cari pendanaan, PT Hutama Karya akan menawarkan proyek strategisnya, yakni Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ke Lembaga Pengelola Investasi (LPI). Executive Vice President Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Muhammad Fauzan mengatakan, skema yang ditawarkan dalam proyek tersebut adalah dalam bentuk divestasi atau pengalihan konsesi untuk jangka waktu tertentu. "Dana yang diperoleh nantinya akan digunakan untuk membangun ruas tol baru di Sumatera," ujarnya saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (12/3).
Sebagai informasi, BUMN bidang infrastruktur tengah fokus menginventarisasi daftar proyek-proyek strategis yang bisa ditawarkan kepada Indonesia Investment Authority (INA) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI).
Baca Juga: Begini kesiapan BUMN Karya mengoptimalkan SWF Indonesia Investment Authority Di antaranya PT Jasa Marga Tbk, PT Waskita Karya Tbk, PT Wijaya Karya Tbk, PT Hutama Karya dan PT Adhi Karya Tbk. Hutama Karya sendiri saat ini masih dalam tahap finalisasi untuk menentukan target pendanaan proyek Jalan Tol Trans Sumatera. "Kami masih dalam proses finalisasi hasil pendanaan divestasi atau pengalihan konsesi dalam jangka waktu tertentu," ujar Fauzan. Jalan Tol Trans Sumatera yang diperkirakan memiliki panjang 2,700 km tersebut membentang dari Bakauheni, Lampung hingga Aceh. Dalam pemberitaan sebelumnya, proyek ini memiliki nilai investasi sebesar Rp 206,4 triliun dan ditargetkan operasi secara penuh pada 2025 mendatang. Tahun ini, Hutama Karya menyiapkan belanja modal (capex) senilai Rp 6,9 triliun, 90% dari dana tersebut dialokasikan untuk pembangunan JTTS. Sekedar mengingatkan, tahun 2020 lalu, Hutama Karya menganggarkan belanja modal sebesar Rp 31,93 triliun dan proyek JTTS masih menjadi prioritas dengan alokasi belanja modal 75,71% atau setara Rp 24,17 triliun. Hingga tutup tahun 2021, Hutama Karya membidik kontrak baru senilai Rp 21 triliun. Sementara itu, pada laporan kuartal III 2020 lalu, Hutama Karya mencetak pendapatan senilai Rp 14,063 triliun. Lini bisnis jasa konstruksi masih mendominasi yakni sebesar 84,31% dan pengoperasian jalan tol sebesar 10,46%. Hutama Karya juga mencatat kenaikan ekuitas yang didorong oleh pencairan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 3,5 triliun pada Juli 2020. Masih pada periode kuartal III 2020, Hutama Karya membukukan kas dan setara kas sebesar Rp 8,51 triliun. Dari aspek solvabilitas, gross gearing ratio dan net gearing ratio masing-masing berada pada level 0,34 kali dan 0,04 kali. Fauzan melanjutkan, selain proyek JTTS, sejak awal 2021, Hutama Karya juga tengah dan akan menggarap beberapa proyek strategis. Diantaranya proyek rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi rawa Kabupaten Kapuas, proyek dari Angkasa Pura I untuk peningkatan daya dukung perkerasan runway eksisting dan perpanjangan runway serta sarana penunjang di Bandara Internasional Lombok. Kemudian, proyek LPG Tuban di Jawa Timur, hingga Pembangunan Jalan Tol Kediri – Tulung Agung. Hutama Karya juga tengah membidik proyek-proyek strategis lainnya seperti menggarap salah satunya proyek pengembangan kawasan lumbung pangan baru atau
food estate yang berlokasi di Kalimantan Tengah.
"Selain berdampak pada ketahanan pangan nasional, proyek ini juga akan memberikan manfaat bagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat hingga pengembangan infrastruktur di Provinsi Kalimantan Tengah," ujar Fauzan. Selain itu, pada awal Maret 2021, Hutama Karya baru saja mendapatkan kontrak pembangunan sisi timur kawasan sirkuit MotoGP Mandalika di Nusa Tenggara Barat. Fauzan berharap. pembangunan proyek ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar serta mempersiapkan normalisasi pariwisata setelah penuntasan proses vaksinasi Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat