KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak sedikit startup yang fokus pada segmen
business to business (B2B). Salah satunya, Hypefast. Ini adalah usaha rintisan yang didirikan mantan petinggi Lazada, Achmad Alkatiri, pada 2020. Fokus usahanya adalah membantu pebisnis lokal menjadi mitra dalam mengembangkan bisnis mereka. Caranya, dengan berinvestasi langsung ke mitra bisnis tersebut sekaligus memberikan masukan bisnis demi pengembangan usaha.
Dua tahun berjalan, Achmad Alkatiri, Pendiri dan Chief Executive Officer Hypefast, mengklaim, laju bisnis Hypefast melaju kencang. Tahun lalu, misalnya, dia mengungkapkan, pendapatan tahunan startup tersebut sudah tembus US$ 100 juta. Dari total pendapatan ini, sebanyak 73% di antaranya berasal dari pertumbuhan organik. Hasil itu tidak terlepas dari injeksi dana yang Hypefast dapatkan. Mereka sejauh ini mengantongi pendanaan total lebih dari US$ 60 juta. Pendanaan tersebut berasal dari gabungan ekuitas, utang, dan suntikan modal dari investor global. Dengan dana yang memadai, Hypefast selama dua tahun sudah melakukan investasi ke para pebisnis sekaligus mitra kerjanya total Rp 300 miliar. Keberhasilan Hypefast tersebut, Alkatiri mengungkapkan, tidak terlepas dari fokus pada bidang tertentu dari si mitra kerja. Yakni, di bidang fesyen, kecantikan, dan kesehatan. Ketiga bidang ini, menurut Alkatiri, memiliki rekam jejak yang positif di ranah bisnis online. Apalagi, tim manajemen Hypefast pernah mengenyam pengalaman di beberapa perusahaan e-commerce. "Selain itu, kategori fesyen mudah diakusisi, lalu margin bidang health and beauty lebih menjanjikan serta perputarannya cepat," ungkap Alkatiri saat peluncuran Hypelokal: Brand Founders of The Year Award 2022 baru-baru ini.
Baca Juga: PHK Demi Startup Tetap Melaju Tercatat, Hypefast telah bermitra dengan lebih dari 25 merek dalam berbagai kategori. Termasuk, tentu saja, bidang fesyen, kesehatan, juga kecantikan. Dengan raihan tersebut, Hypefast hingga akhir tahun ini bakal memperluas ekspansi ke pasar regional. Lantas untuk pasar lokal, mereka akan menambah empat sampai lima mitra anyar yang masuk ke dalam program pembinaan. Tanpa menyebut target bisnis, Alkatiri menyatakan, Hyfepast hadir bukan sekadar mengangkat merek-merek lokal di dalam negeri, tapi bisa tumbuh dan bersaing di pasar global.
Dia mengambil contoh salah satu label fesyen binaan Hypefast, Nyonya Piyama, yang omzetnya naik hingga 10 kali lipat. Dengan hasil ini, salah satu Pendiri Nyonya Piyama Lusy Lestari berharap, bersama Hypefast, impiannya memiliki supermarket piyama terbesar di Indonesia bisa terealisasi. Sementara Pendiri Noore Sport Wear Adidharma Sudradjat mengatakan, setelah bergabung dengan Hypefast, ia menjadi berani untuk terus berinovasi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Markus Sumartomjon