Hyundai Khawatir dengan Rencana Pemberian Insentif Mobil Hybrid



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) menyoroti rencana pemberian insentif untuk mobil hybrid di Indonesia.

Chief Operating Officer (COO) Hyundai Motors Indonesia Franciscus Soerjopranoto mengatakan, inisiatif kebijakan insentif mobil hybrid atau turunan dari kendaraan konvensional tentu akan mempengaruhi investasi mobil listrik. Hal ini akan memperlihatkan bahwa pemerintah seolah-olah gamang dalam menetapkan regulasi untuk mobil listrik di Indonesia. 

Bisa jadi pemerintah merasa dilema dalam upaya mengembangkan industri mobil listrik, namun di saat yang sama merasa tetap perlu menjaga industri mobil konvensional yang telah eksis puluhan tahun di Indonesia.


"Sebagai jalan tengah, bisa saja pemerintah memberikan insentif mobil hybrid, namun tidak sebesar insentif mobil listrik," kata Soerjo, Senin (13/5).

Baca Juga: Pasar Mobil Listrik Akan Terdistorsi Apabila Insentif Mobil Hybird Jadi Diberlakukan

Dengan adanya perbedaan besaran insentif, diharapkan produsen otomotif tetap tertarik berinvestasi di industri mobil listrik. 

Selain itu, kendati Hyundai tidak ambil bagian dalam program insentif impor mobil utuh atau completely built up (CBU), Soerjo tetap mengapresiasi kebijakan tersebut. Terlebih lagi, pemerintah tetap memberikan faktor pajak pembeda antara mobil listrik CBU dan completely knock down (CKD).

Terlepas dari itu, Hyundai tetap berharap pemerintah dapat memberi insentif lebih besar untuk agen pemegang merek (APM) yang sudah terlanjur berinvestasi terlebih dahulu di Indonesia.

Sebagai informasi, Hyundai Motor Company telah berinvestasi US$ 1,55 miliar untuk membangun pabrik di Cikarang dengan total kapasitas 150.000 unit sampai 250.000 unit. Angka ini sudah termasuk gabungan produksi mobil konvensional dan mobil listrik Hyundai.

Selain itu, Hyundai bersama LG Enery Solution sedang memproses pembangunan pabrik sel baterai mobil listrik di Karawang yang bernilai US$ 1,1 miliar serta mampu memproduksi baterai sebanyak 30 gigawatt per hour (GWh). Pabrik ini akan mulai beroperasi secara komersial pada semester II-2024. 

Tidak hanya itu, Hyundai juga mengembangkan pabrik battery pack di Cikarang yang berkapasitas 21.000 battery service (BSA) atau setara 1,4 GWh. Dalam proyek ini, Hyundai turut berinvestasi sebanyak US$ 60 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat