I Made Rawi berharap bisa membawa patung kepeng ke luar negeri



Kerajinan patung kepeng (uang) kuno sudah sangat lekat di jiwa I Made Rawi. Apalagi, sejak kecil lelaki ini sudah mendapat keahlian membuat patung kepeng dari neneknya. Setelah beranjak dewasa, Made mencoba untuk mengembangkan bisnisnya. Keterbatasan pengetahuan membuat Made kesulitan menembus pasar ekspor.I Made Rawi mempelajari keahlian membuat patung kepeng kuno dari sang nenek. Maklum, sang nenek ahli membuat patung dewa dewi dari koin kuno, terutama kepeng China di Desa Mas, Ubud, Bali. Sang nenek juga kerap membuatkannya patung Sri Rambut Sedana atau Dewi Uang.Saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), sang nenek mengajarinya membuat patung kepeng. Selepas SMA yakni di tahun 1999, Made dan beberapa kawannya memberanikan diri membuka usaha patung kepeng sendiri.Dengan modal terbatas, Made meminjam dana Rp 175.000 ke Bank Rakyat Indonesia (BRI). "Uang itu untuk tambahan beli bahan patung," ujar pria kelahiran Gianyar, 18 Mei 1967 itu. Berbekal duit pinjaman itu, Made lantas membeli kayu suar dan kepeng kuno yang bisa dengan mudah didapatkanya di Desa Mas. Dengan dana utang itu, Made mendapatkan kepeng kuno dalam jumlah ratusan. Maklum, saat itu, 1.000 kepeng kuno bisa dibeli dengan harga Rp 300.000. Patung dewa-dewi menjadi produk pertama bikinan Made. Hasil kreasinya itu ia jual ke sebuah toko seni atau art shop di Desa Mas. Patung bikinannya yang laku terjual memompa semangat Made untuk membuat karya lain. Antara lain Dewi Saraswati, Legong, Oleg Tau Lilingan, dan Ganesha.Sampai saat ini, Made membuat patung-patung dari dua jenis kepeng, yaitu kepeng koci dan tatar. Kepeng koci adalah koin berdiameter 2 cm dengan harga Rp 3,5 juta per 1.000 kepeng. Adapun kepeng tatar berdiameter 2,5 cm dengan harga Rp 1,6 juta tiap 1.000 kepengnya. Harga jual patung koin kuno China tergantung dengan banyaknya koin yang dipakai serta ukiran yang dibuat. Patung kresna dengan tinggi 1,3 meter bikinan Made dijual dengan harga Rp 35 juta. Mahalnya harga patung yang dibuat selama enam bulan ini lantaran patung Kresna dilengkapi mahkota, kalung, dan gelang berlapis emas.Selain kresna, Made juga pernah membuat patung legong dengan tinggi 2,5 meter. "Patung ini berbalut 17.000 kepeng," ujarnya bangga.Untuk membuat patung dengan tinggi 40 cm, Made memerlukan waktu hingga 15 hari. Patung dengan tinggi lebih dari satu meter membutuhkan waktu lebih lama lagi, yakni sampai enam bulan. Dalam pembuatan patung kepeng, Made dibantu tiga perajin dengan tugas berbeda, yakni sebagai pengukir wajah, pengukir tangan dan penjahit kepeng. Untuk pekerja yang bertugas mengukir wajah, Made akan membayarnya Rp 200.000 per patung. Adapun pengukir tangan Rp 400.000 dan penjahit koin Rp 200.000 per patung. Dalam sebulan, Made bisa menjual rata-rata tiga patung kepeng tinggi 80 cm. "Kebanyakan pembeli dari Jakarta, lalu Surabaya," ujarnya.Para pembeli umumnya menjadikan patung kepeng sebagai hiasan rumah. Namun, ada juga pembeli yang juga menjadi kolektor patung kepeng.Made mengaku kesulitan mengembangkan pasar. Selama ini, ia hanya mengandalkan jalur penjualan dari Asli Bali Coin Art Shop di Desa Mas dan ikut dalam berbagai pameran. Ia juga belum berani menaruh karyanya ke lokasi kunjungan turis mancanegara karena mereka belum mengetahui patung berbahan kepeng kuno China. "Ini pula yang menjadi kendala saya. Padahal, saya ingin merambah pasar luar negeri," ungkap Made saat ditemui KONTAN di dalam Inacraft 2011 di Jakarta.Made mengaku baru sekali mendapat pesanan patung kepeng dari Meksiko. "Itu pun sudah 10 tahun lalu," ujarnya. Kendala lainnya, ia belum memahami seluk-beluk menembus ekspor. "Pemasaran ke luar negeri belum terbayang. Saya belum ngerti," ujar pria yang memperoleh omzet Rp 10 juta selama Inacraft 2011.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi