IBC beli StreetScooter tanggal 29 November 2021 tetapi ditolak Ahok, apakah lanjut?



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Indonesia Battery Corporation (IBC) akan melakukan akuisisi StreetScooter asal Jerman pada Senin 29 November 2021. Dalam dokumen yang diperoleh KONTAN menerangkan bahwa jika IBC tidak membayar US$ 170 juta ke StreetScooter maka akan terkena pinalti US$ 1 juta.

Seperti diketahui, belakangan IBC dikabarkan siap mengakuisisi StreetScooter, anak usaha Deutsche Post DHL Group. Nilai transaksinya cukup besar, disebut-sebut mencapai US$ 170 juta atau Rp 2,42 triliun (kurs Rp 14.237 per dollar AS). 

KONTAN berusaha merngkonfirmasi soal dokumen perjanjian tersebut yang isinya soal adanya ketentuan pinalti itu ke Direktur Utama IBC Toto Nugroho, namun dia tidak bisa membuka informasi itu. "Saat ini kami masih dalam Non Disclosure Agreement (NDA), jadi belum bisa disclose informasi terkait hal ini," kata dia ke KONTAN, kemarin.


KONTAN diminta menghubungi Corporate Secretary IBC Muhammad Sabik. Namun sayang, Sabik saat dihubungi KONTAN hanya mengatakan jika merujuk pada Rencana Jangka Panjang Perseroan (RJPP), IBC akan melakukan pengembangan bisnis baik di Ekosistem EV Battery (EVB) maupun EV (Electric Vehicle).

Sabik memastikan, salah satu upaya yang dilakukan IBC dalam pengembangan industri EV adalah dengan mengembangkan portfolio bisnis untuk mendapatkan know-how dan knowledge transfer serta mitra strategis yang memiliki kompetensi dalam pengembangan EV.

"Untuk itu, sampai saat ini kami sedang menjajaki kemungkinan untuk mendapatkan mitra yang dapat mendukung upaya IBC dalam mengakselerasi penggunaan EV di Indonesia," kata Sabik kepada Kontan, Minggu (28/11).

Sabik pun memastikan, mitra strategis yang dijajaki dapat berasal baik dari dalam maupun luar negeri. Kendati demikian, Sabik tak merinci lebih jauh mitra mana yang kini tengah dijajaki.

Sebelumnya, rencana salah satu anak usaha Pertamina Group membeli perusahaan mobil listrik asal Jerman mendapat penolakan dari Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Ahok yang merupakan Komisaris Utama PT Pertamina menyebutkan akuisisi perusahaan mobil listrik tersebut tidak layak.

Perusahaan mobil listrik asal Jerman yang diakuisis adalah StreetScooter. Perusahaan yang ingin mengakuisis adalah Odin Automotive, anak usaha Indonesia Battery Corporation (IBC).

Odin didirikan di Luksemburg untuk mencari membeli perusahaan mobil listrik di Jerman.

IBC merupakan perusahaan patungan yang didirikan Pertamina bersama badan usaha milik negara (BUMN) lain. Pertamina memegang saham 25% di IBC.

Ahok mengungkapkan, PT Pertamina sebagai pemegang saham 25% di IBC masih melihat hasil due diligence dari rencana ini. Kendati demikian, Ahok secara personal tegas menolak rencana akuisisi ini.

"(Untuk keputusan Pertamina) Saya harus cek ke dewan komisaris lainnya. Kalau saya, setelah lihat hasil due diligence sudah bisa disimpulkan Proyek Odin tidak layak dibeli," ungkap Ahok ketika dihubungi Kontan, Selasa (23/11).

Baca Juga: Ahok buka suara soal niatan holding baterai akuisisi perusahaan mobil listrik Jerman

Ahok melanjutkan, pertimbangannya yakni akuisisi ini dinilai tidak layak jika bertujuan untuk membangun ekosistem kendaraan listrik dalam negeri. Selain itu ada pertimbangan lain merujuk pada hasil due diligence yang belum bisa dibeberkan lebih jauh.

Yang terang, Ahok memastikan, Menteri BUMN juga telah menyampaikan rencana ini kepada dirinya di depan Presiden Joko Widodo. "Jika tidak sesuai dan tidak bisa membangun ekosistem EV Indonesia, tidak akan lakukan akuisisi Odin oleh IBC," tegas Ahok.

Adapun, dikutip dari video yang diunggah di Kanal Youtube-nya, Ahok  mengungkapkan, rencana ini sebelumnya memang pernah dipaparkan oleh Pertamina Power Indonesia (PPI) ke jajaran Dewan Komisaris PT Pertamina.

"Narasinya apa? (kenapa) mesti beli mobil listrik di Jerman? (katanya) supaya bisa masuk pasar Amerika, China, itu yang saya bilang hati-hati," kata Ahok dikutip dari Video Wawancara di Kanal Youtube-nya, Selasa (23/11).

Ahok melanjutkan, dalam pengambilan keputusan, pejabat tidak boleh memberikan future valuasi tanpa dasar yang kuat. Apalagi di saat bersamaan, Ahok mengungkapkan ada kendaraan listrik garapan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang dibanderol dengan harga termurah Rp 20 juta. Jumlah ini dinilai berbeda drastis dengan angka akuisisi perusahaan asal Jerman yang kabarnya mencapai US$ 170 juta.

Ahok melanjutkan, jika rencana akuisisi perusahaan mobil listrik Jerman itu bertujuan untuk memperluas kemungkinan masuk ke pasar Amerika dan China, maka akan ada tantangan yang besar.

Di Amerika Serikat sendiri sudah ada Tesla, sementara untuk pasar China juga sudah ada pemain utama seperti Wuling yang bisa menawarkan kendaraan listrik dengan harga murah.

Menurutnya, jika memang ingin memproduksi kendaraan listrik maka ada opsi lain yang bisa ditempuh ketimbang mengakuisisi perusahaan di Jerman.

"Kita sudah punya aki, kita lebih baik ngembangin anak-anak ITS. Kalau Anda masih kurang ngerti, kenapa ngak ajak Wuling atau misalnya perusahaan China. Gue mau kembangin mobil pakai merk gue boleh ngak? boleh dong," ujar Ahok.

Ahok mengungkapkan, langkah serupa sebelumnya sudah pernah ditempuh Indonesia lewat pengembangan kendaraan seperti Bimantara dan Timor. Namun seperti yang sudah terjadi, pengembangan mobil nasional itu gagal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini