IBC Berencana Tambah Kepemilikan Saham di Pabrik Baterai Kendaraan Listrik Karawang



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Jangka panjang, Indonesia Battery Corporation (IBC) berencana meningkatkan kepemilikan saham pada proyek pabrik baterai kendaraan listrik bersama LG Energy Solution (LGES) dan Hyundai Group hingga 30%-40%. 

Sebagai informasi, proyek yang disebut sebagai pabrik baterai listrik terbesar di Asia Tenggara ini dibangun di Karawang, Jawa Barat. Ditargetkan dapat mulai beroperasi pada April 2024 dengan kapasitas produksi 10 GWh di tahap pertama. 

SVP Corporate Strategy & Business Development IBC, Adhietya Saputra menjelaskan, saat ini porsi 5% saham “Proyek Omega” masih dalam proses negosiasi. Pihaknya akan terus berkoordinasi dengan BKPM mengenai aksi korporasi ini. 


Baca Juga: IBC Sebut Proyek Baterai Kendaraan Listrik Tuntas pada 2026

“Jadi tahap pertama masuknya (entry point) di angka 5% harapannya bisa less minority menjadi  30%-40% untuk ke depannya. Proses negosiasi sampai less minority masih jalan,” ujarnya ditemui seusai acara Energy Transitions Conference & Exhibition dan Anugerah DEN 2023 di Jakarta, Rabu (18/10).  

Pada tahap awal produksi, Adhietya menjelaskan, kapasitas produksi akan dimulai pada 1 GWh terlebih dahulu dan akan ditingkatkan ke kapasitas penuh 10 GWh seiring permintaan. 

Dalam jangka panjang, Adhietya menjelaskan, saat ini sudah ada kesediaan dari pihak partner untuk terus meningkatkan kapasitas produksi baterai kendaraan listrik dari yang hanya 10 GWh pada tahap satu, kemudian ditambah 20 GWh, sehingga total menurut hasil negosiasi saat ini sampai 30 GWh. 

Sampai dengan April 2023, pembangunan pabrik ini sudah mencapai 80%.

Sebelumnya, Direktur Utama Indonesia Battery Corporation Toto Nugroho menyampaikan, progres pengembangan baterai kendaraan listrik oleh IBC masih terus bergulir. 

Secara umum, IBC terlibat dalam pembuatan baterai kendaraan listrik dari mulai pertambangan, pengolahan di smelter, produksi sel baterai, hingga proses daur ulang baterai tersebut. 

"Proyek baterai berbasis nikel ini akan selesai pada 2026," ujar Toto dalam acara Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2023, Kamis (7/9).

Baca Juga: AIPF 2023: MIND ID Ajak Kolaborasi Amankan Rantai Pasok Industri Pertambangan

Kebutuhan investasi pengembangan baterai kendaraan listrik IBC mencapai Rp 217 triliun. Angka ini terdiri dari investasi untuk pertambangan sebesar Rp 4,6 triliun, investasi untuk proyek smelting dan refining Rp 94,25 triliun, investasi untuk produksi prekursor dan katoda Rp 34,8 triliun, dan investasi untuk sel baterai Rp 59,45 triliun. Terdapat pula investasi untuk daur ulang (recycling) sebesar Rp 0,4 triliun dan investasi untuk energy storage system Rp 0,6 triliun.

Toto menyebut, permintaan terhadap kendaraan listrik secara global terus meningkat. Sebagai contoh, permintaan kendaraan listrik di China mencapai 6 juta unit per tahun, di Eropa sebanyak 3 juta unit per tahun, sedangkan Indonesia masih di level 15.000 unit per tahun. 

Dengan potensi tersebut, IBC tidak hanya memiliki peluang untuk menyuplai kebutuhan baterai kendaraan listrik di Indonesia saja, melainkan juga terlibat dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .