JAKARTA. PT Intan Baruprana Finance (IBF) melakukan initial public offering (IPO) di tengah sentimen industri pertambangan yang sedang lesu. Lesunya bisnis pertambangan turut memperlambat laju bisnis pembiayaan alat berat. "Siapa bilang? Industri pertambangan memang sedang melemah, tapi kami tidak terkena eksposur yang besar," jelas Presiden Direktur Jap Hartono, (6/11). Pasalnya, belakangan ini IBF tidak hanya fokus pada bisnis pembiayaan alat berat untuk pertambangan. Hal ini telah dilakukan perseroan sejak pertengahan 2012 lalu. Sejak periode tersebut, IBF telah mendiversifikasikan resiko bisnisnya dengan merambah pembiayaan alat berat untuk sektor selain pertambangan. Salah satu yang menjadi kue baru bagi perseroan adalah alat berat untuk sektor agrikultur. "Jadi, kami saat ini sudah balance, tidak lagi rawan eksposure akibat satu sektor yang melemah karena saat ini semua sektor telah kami masuki," pungkas Jap. Catatan saja, IBF melepas 1,67 miliar saham atau 40% modal ditempatkan dan disetor. Rentang harga yang ditawarkan Rp 311-Rp 383 per saham. Artinya, IBF bakal meraup Rp 519,51 miliar hingga Rp 639,79 miliar melalui IPO. Dalam perhelatan tersebut, manajemen juga menerbitkan program MESOP sebanyak 47,2 juta saham atau 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
IBF juga masuk ke bisnis alat berat perkebunan
JAKARTA. PT Intan Baruprana Finance (IBF) melakukan initial public offering (IPO) di tengah sentimen industri pertambangan yang sedang lesu. Lesunya bisnis pertambangan turut memperlambat laju bisnis pembiayaan alat berat. "Siapa bilang? Industri pertambangan memang sedang melemah, tapi kami tidak terkena eksposur yang besar," jelas Presiden Direktur Jap Hartono, (6/11). Pasalnya, belakangan ini IBF tidak hanya fokus pada bisnis pembiayaan alat berat untuk pertambangan. Hal ini telah dilakukan perseroan sejak pertengahan 2012 lalu. Sejak periode tersebut, IBF telah mendiversifikasikan resiko bisnisnya dengan merambah pembiayaan alat berat untuk sektor selain pertambangan. Salah satu yang menjadi kue baru bagi perseroan adalah alat berat untuk sektor agrikultur. "Jadi, kami saat ini sudah balance, tidak lagi rawan eksposure akibat satu sektor yang melemah karena saat ini semua sektor telah kami masuki," pungkas Jap. Catatan saja, IBF melepas 1,67 miliar saham atau 40% modal ditempatkan dan disetor. Rentang harga yang ditawarkan Rp 311-Rp 383 per saham. Artinya, IBF bakal meraup Rp 519,51 miliar hingga Rp 639,79 miliar melalui IPO. Dalam perhelatan tersebut, manajemen juga menerbitkan program MESOP sebanyak 47,2 juta saham atau 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News