IBM akan spin off unit usaha infrastruktur IT miliknya



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Produsen perangakat komputer Amerika Serikat (AS), International Business Machines (IBM) Corp memutuskan untuk memisahkan lini usahanya (spin off) dan menjadi dua perusahaan terbuka. 

Perusahaan komputasi pertama di dunia ini akan melepaskan unit usahanya yang bergerak di Infrastruktur IT menjadi menjadi satu perusahaan terpisah (spin off). Perusahaan baru ini bakal fokus pada kumputasi awan dengan margin tinggi.

Setelah di spin off, unit usaha yang menyediakan dukungan teknis untuk 4.600 klien di 115 negara dan memiliki kontrak yang belum dikerjakan sebesar US$ 60 miliar itu akan memiliki nama baru pada akhir 2021.


Kepada Reuters, Jumat (9/10), Direktur Keuangan IBM James Kavanaugh mengatakan, perusahaan baru itu akan memiliki 90.000 karyawan dan struktur kepemimpinannya akan ditentukan dalam beberapa bulan. Sementara IBM saat ini mempekerjakan 352.000 karyawan. 

Baca Juga: Wall Street menghijau, Dow Jones naik 100 poin dan berada di level tertinggi sebulan

Untuk melakukan spin off dan perubahan operasional, IBM menaksir akan membutuhkan biaya hampir US$ 5 miliar. 

Langkah mengejutkan IBM di bawah kepemimpinan CEO Arvind Khrisna itu disambut baik oleh investor dan membuat saham perusahaan itu naik 7%. Khisna juga merupakan arsitek utama di balik akuisisi perusahaan cloud Red Hat senilai $ 34 miliar oleh IBM tahun lalu.

Khisna mengatakan, IBM akan terus menghilangkan unit layanan dan perangkat lunak yang tidak sejalan dengan dua fokus bisnis IBM untuk terus tumbuh, yaitu komputasi awan dan kecerdasan buatan.

"Kami melepaskan bisnis di belakang networking tahun 2020, lalu mendivestasikan PC tahun 2000 an. Sekitar lima tahun yang lalu, kami melepas bisnis semikonduktor. Itu karena semua itu belum tentu punya peran penting untuk mendukung  rencana integrasi value," kata Khisna saat analis meeting.

Analis Wedbush Securities, Moshe Katri menilai langkah spin off tersebut merupakan perubahan signifikan dalam model bisnis perusahaan berusia 109 tahun itu. 

Ia bilang, IBM pada dasarnya menyingkirkan operasi yang menyusut dan bermargin rendah mengingat dampaknya terhadap kanibalisasi otomatisasi dan cloud, menutupi pertumbuhan yang lebih kuat untuk sisa operasi.

IBM, yang berusaha menutupi perlambatan penjualan perangkat lunak dan permintaan musiman untuk server mainframe, mengatakan perusahaan akan fokus pada cloud hybrid terbuka dan solusi AI  saat ini, yang akan menyumbang lebih dari setengah dari pendapatan berulangnya.

Krishna, yang menggantikan Ginni Rometty sebagai CEO pada April, mengatakan portofolio perangkat lunak dan solusi IBM akan menyumbang sebagian besar pendapatan perusahaan setelah pemisahan.

Pada kuartal ketiga ini, IBM menargetkan bisa meraih pendapatan 17,6 miliar dolar AS, turun sedikit dibandingkan pendapatan periode yang sama pada tahun lalu, yakni 18 miliar dolar AS. Pada kuartal terakhir, IBM melaporkan pendapatan 18,1 miliar dolar AS.

Selanjutnya: Wall Street menghijau terkerek optimisme perbaikan kinerja sejumlah perusahaan besar

Editor: Herlina Kartika Dewi