KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebanyak 85% eksekutif global menilai kecerdasan buatan (AI) bakal melahirkan model bisnis baru. IBM merilis peta lima tren teknologi yang diproyeksikan menjadi penggerak industri hingga 2026. General Manager and Technology Leader IBM ASEAN Catherine Lian memaparkan fase pemanfaatan AI kini telah bergeser dari tahap uji coba menuju kebutuhan inti dalam pengambilan keputusan. "AI akan menjadi mesin pencipta pendapatan yang vital bagi perusahaan,” ujarnya dalam paparan di Jakarta, Jumat (12/12/2025).
Baca Juga: Sejahteraraya Anugrahjaya Groundbreaking Tower ke-4 Mayapada Hospital Tangerang IBM menilai ada lima pilar yang akan mendefinisikan ulang strategi korporasi global: AI sebagai pengganda pertumbuhan, Sovereign AI, agen AI berskala besar, Trusted AI, dan Quantum Advantage. Optimisme korporasi terhadap AI tercermin dari peningkatan belanja teknologi, khususnya di sektor teregulasi seperti layanan keuangan dan perbankan. IBM mencatat nilai investasi teknologi di sektor tersebut berpotensi naik dari US$1 4 miliar (Rp 233 triliun) pada 2023 menjadi US$66 miliar (Rp 1.100 triliun) pada 2028. Riset internal IBM menunjukkan 72% CEO melihat AI generatif sebagai sumber keunggulan kompetitif, sementara 85% eksekutif meyakini AI dapat membuka model bisnis baru. "Momentum ini akan mempercepat belanja teknologi strategis dalam beberapa tahun ke depan,” kata Catherine. Tren pertama yang disoroti adalah Sovereign AI. Di tengah ketegangan geopolitik, perusahaan dan negara mulai memperkuat strategi kedaulatan data. IBM memperkirakan 80% perusahaan multinasional akan menerapkan kebijakan data berdaulat pada 2027. Pasar sovereign cloud diperkirakan tumbuh lebih dari empat kali lipat hingga 2028. “Kami belum pernah melihat pertumbuhan eksponensial setinggi ini dalam tiga tahun terakhir,” kata Catherine. IBM merekomendasikan penggunaan hybrid cloud sebagai fondasi kedaulatan digital. Tren kedua menjelaskan peran AI sebagai pendorong pertumbuhan. Studi APAC AI Outlook 2026 menyebut 64% CEOmenilai keberhasilan implementasi AI sangat dipengaruhi oleh kesiapan sumber daya manusia. Di sisi lain, 95% eksekutif berharap AI generatif dapat menghasilkan sumber pendapatan baru. Tren ketiga adalah meningkatnya penggunaan agentic AI atau agen otonom berskala besar. IBM melihat 2026 sebagai fase ekspansi agen AI dalam proses bisnis lintas fungsi. Namun demikian, kurang dari sepertiga organisasi dinilai memiliki kemampuan interoperabilitas yang memadai. Karena itu, IBM menyarankan perusahaan memulai dari proyek percontohan berskala kecil. Tren keempat adalah Trusted AI. IBM mencatat 95% eksekutif menilai aspek kepercayaan konsumen menjadi penentu suksesnya pemanfaatan AI, sementara 89% konsumen ingin mengetahui kapan mereka berinteraksi dengan teknologi tersebut. Transparansi menjadi faktor pembeda. Tren kelima adalah Quantum Advantage, yang diperkirakan mulai memberikan nilai komersial melalui kemampuan optimasi dan simulasi yang lebih cepat. Studi Indonesia Business Vision (IBV) menunjukkan 79% eksekutif menilai kolaborasi ekosistem mempercepat adopsi teknologi kuantum, sementara 86% menyatakan data ekosistem meningkatkan kapabilitas AI. Selain itu, IBM menekankan pentingnya kesiapan menuju era Quantum Safe untuk melindungi investasi jangka panjang. Organisasi yang siap kuantum diperkirakan mampu mengadopsi teknologi baru tiga kali lebih cepat dibanding kompetitor.
IBM menegaskan komitmennya mendukung transformasi digital Indonesia. Fokus pada kedaulatan data dan modernisasi sistem perbankan diyakini dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci ekonomi digital global pada 2026.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News