Ical: Salahkah minta doa restu lewat surat?



MATARAM. Ketua Umum Partai Golkar yang juga Calon Presiden Aburizal Bakrie (ARB) alias Ical menegaskan tidak ada yang aneh dalam surat yang dia tunjukkan buat petani, nelayan, guru, PNS, serta berbagai profesi lainnya di Indonesia terkait permohonan doa restu akan pencalonannya sebagai Presiden pada Pilpres 2014 mendatang.

"Saya kira tidak ada yang aneh (dengan surat itu) karena siapa pun boleh minta doa pada orang lain. Siapa pun boleh berkirim surat pada orang lain," kata Ical di sela mengikuti kampanye terbuka di lapangan utama Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu (2/4).

Menurut Ical surat yang ditujukan buat jutaan warga masyarakat dari berbagai profesi itu hanya berisi permohonan doa restu dirinya maju Capres dari Golkar.


"Meminta doa dan dukungan sebagai Capres bukan sebagai ketua umum Golkar tetapi sebagai Capres RI. Saya kira teksnya tidak ada yang aneh," kata dia.

Sebagai partai yang modern, Ical mengatakan Golkar juga menggunakan cara-cara modern dalam berinteraksi dengan warga masyarakat dengan cara mengirim surat.

"Di Amerika selain menggunakan media massa untuk kampanye, mereka juga melakukan direct mail. Golkar khususnya saya sebagai Capres tentu menggunakan ini untuk kepentingan meminta doa dan saya kira tidak ada yang aneh dalam hal itu," kata Ical.

Ical bertanya apakah salah dan melanggar kampanye kalau dia berkirim surat dan meminta doa? "Kalau meminta doa boleh-boleh saja. Golkar ingin mendekatkan diri ke masyarakat. Apa meminta doa dilarang?" kata Ical.

Surat Ical berupa mohon doa restu maju sebagai Capres dikirim kepada jutaan rakyat Indonesia dari berbagai profesi seperti nelayan, petani, PNS, dan berbagai profesi lainnya.

Surat itu dikirim lewat pos ke sejumlah wilayah Indonesia di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, dan lainnya.

Ical mengaku mendapat respons positif dari berbagai warga masyarakat yang telah menerima suratnya.

"Kemarin di Palembang banyak yang menyatakan berterima kasih dan kebanggaan menerima surat-surat tersebut. Ada guru petani, nelayan, kepala desa, dan lain-lain," kata dia. (Hasanudin Aco)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan