KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja pasar obligasi terus menguat pasca sentimen
tapering off Amerika Serikat (AS). Analis memproyeksikan penguatan kinerja di pasar obligasi berpotensi berlanjut hingga akhir tahun ini. Mengutip
Bloomberg, Selasa (9/11), kinerja pasar obligasi yang tercermin dalam Indonesia Composite Bond Index (ICBI) sentuh level tertinggi sepanjang masa di 331,59. Namun, di Rabu (10/11), ICBI turun tipis ke 331,57.
Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha mengatakan pelaku pasar sudah
priced in terhadap
tapering off AS. Dampaknya, pelemahan kinerja di pasar obligasi terbatas.
Sebaliknya, pasar obligasi dalam negeri mampu catatkan pertumbuhan kinerja karena didukung pasokan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar primer pemerintah hentikan sejak Selasa (9/11) hingga akhir tahun ini.
Baca Juga: Ini dua skenario pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 versi Morgan Stanley Sementara itu, Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C. Permana mengamati lukuiditas investor domestik masih tinggi, di tengah
sell off investor asing. Sentimen yang turut mendorong permintaan investor domestik naik adalah penurunan pajak obligasi dari 15% menjadi 10%. Hingga akhir tahun, Fikri memproyeksikan penguatan di pasar obligasi saat ini berpotensi berlanjut hingga akhir tahun ini. Ia berharap
yield obligasi pemerintah tenor acuan 10 tahun bisa turun ke 5,9%. Senada, Yudha juga memproyeksikan
yield berpotensi turun ke 5,8% di akhir tahun ini. Proyeksi yang positif tersebut didukung dengan data ekonomi Indonesia yang terus membaik. Di kuartal III-2021 memang pertumbuhan ekonomi kontraksi secara kuartalan, tetapi selanjutnya pelaku pasar akan menanti data ekonomi kuartal IV-2021 yang diproyeksi lebih baik seiring pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). "Pada akhirnya, pasar obligasi berpotensi masih menguat karena investor asing tertarik masuk dengan fundamental Indonesia yang bagus," kata Yudha.
Baca Juga: Tak seperti taper tantrum 2013, Indonesia dinilai lebih siap hadapi tapering off Di sisi lain, Yudha mengatakan pasar obligasi berpotensi menerima tekanan pada 2022. Risiko datang dari tren kenaikan inflasi di negara maju. Inflasi tinggi dapat menyulut investor untuk meminta imbal hasil obligasi yang lebih tinggi,
yield berpotensi naik dan harga obligasi menurun. Inflasi juga berpotensi menaikkan suku bunga acuan.
Meski begitu, sejauh ini, tanda-tanda inflasi di dalam negeri masih bisa terjaga. Skenario positifnya, pasar obligasi pada tahun depan bisa tetap menguat atau paling tidak bergerak stagnan karena kembali lagi
yield spread US Treasury dan
yield SUN saat ini masih menarik di sekitar 400 bps. Jika kinerja pasar obligasi negara di tahun depan pertumbuhannya mulai terbatas, Yudha mengatakan investor masih bisa melirik obligasi korporasi yang jadi lebih menarik. Menurutn dia, seiring perbaikan ekonomi dan penurunan risiko kredit, maka obligasi korporasi menjadi menarik. Namun, tentunya obligasi korporasi di tahun depan jadi menarik dengan catatan bila tidak terjadi gelombang ketiga dan pengetatan PPKM kembali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari