KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) Group kini genap berusia 12 tahun. Selama 12 tahun berkiprah dalam industri perdagangan berjangka komoditi, ICDX Group berupaya membangun ekosistem perdagangan terintegrasi melalui operasi terstruktur Lembaga Kliring Indonesia Clearing House (ICH) dan pusat logistik ILB. Ekosistem ini menjadi pondasi ICDX Group dalam pengembangan perdagangan komoditas Indonesia. CEO ICDX, Lamon Rutten mengatakan, dalam rangka mencapai pasar keuangan yang likuid, efisien, pengembangan infrastruktur pasar keuangan terintegrasi merupakan sebagai landasan utama yang bertindak sebagai katalisator. Kesiapan infrastruktur tersebut tercermin dari salah satu capaian yang signifikan adalah produk derivatif komoditas milik ICDX yang terdiri dari emas, minyak mentah, dan valuta asing (GOFX). Sejak diluncurkan pada 2018, GOFX mencapai pertumbuhan rata-rata 900% setiap tahun. GOFX menjadi salah satu kontributor utama pencapaian transaksi derivatif multilateral ICDX.
“GOFX merupakan produk perdagangan Indonesia yang menjadi jembatan untuk generasi muda yang ingin melakukan diversifikasi portofolio investasi dengan modal kecil, GOFX micro mampu mengakselerasi adopsi generasi muda umur 21-40 untuk masuk ke dalam industri perdagangan berjangka komoditi,” kata Lamon dalam keterangan tertulis, Kamis (8/7).
Baca Juga: Tidak lama lagi, Kemendag akan meluncurkan bursa kripto Hingga Juni 2021, total transaksi GOFX telah mencapai 294.658 lot settled. Angka tersebut meningkat 137% jika dibanding dengan periode yang sama pada 2020. Untuk mendukung pertumbuhan ini, tahun ini ICDX telah meluncurkan empat kontrak spot kurs valuta asing baru yaitu NZDJPY (Micro), EURCHF (Micro), GBPCAD (Micro), dan CHFJPY. Selain itu, sepanjang tahun 2020 ICDX juga telah meluncurkan 11 kontrak lainnya yang terdiri dari kontrak berjangka minyak mentah berbasis USD dan Rupiah, kontrak spot emas berbasis rupiah, dan beberapa kontrak spot kurs valuta asing. Di sisi lain, timah juga mengalami pertumbuhan yang pesat dan menunjukkan tren naik tahun ini. Harga rata-rata timah Bursa ICDX lebih tinggi dibandingkan London Metal Exchange (LME) dan Kuala Lumpur Tin Market (KLTM), tentunya ini akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan para penjual timah tujuan ekspor. Sejak diperdagangkan melalui ICDX pada Agustus 2013 hingga Juni 2021 total ekspor timah mencapai 417.331 metrik ton setara dengan US$ 8,2 miliar atau Rp 1.188 triliun. Pertumbuhan tersebut tentu tidak akan tercapai tanpa kerjasama erat antara ICDX dengan lembaga kliring ICH, partner, pialang, dan para pedagang. Saat ini ICDX bekerja dengan 31 pialang dan tujuh pedagang, serta berencana untuk menambah tujuh pialang lagi pada tahun ini. “ICDX berharap dapat terus meningkatkan nilai transaksi kami pada tahun ini. Kami secara aktif berpartisipasi untuk memodernisasi dan mengembangkan segmen pasar baru seperti aset kripto, karbon kredit, dan komoditas strategis lainnya melalui mekanisme multilateral dengan tujuan untuk membuka akses ke aset baru yang aman dan transparan bagi investor,” kata Chief Strategy Officer ICDX Megain Widjaja. Sebagai bursa komoditi, ICDX memiliki visi untuk menjadi pusat perdagangan global dengan menghadirkan teknologi dan praktik terbaik di pasar Indonesia. ICDX menyediakan ekosistem yang terintegrasi dengan baik dan sangat terpercaya untuk perdagangan bursa, kliring komoditas, dan instrumen keuangan yang terintegrasi dengan ICH dan sistem logistik. Infrastruktur pasar komoditas yang terintegrasi ini merupakan dasar dari efisiensi dan manajemen risiko yang tinggi untuk industri perdagangan berjangka. President Director ICH Nursalam menjelaskan, transparansi harga, kemudahan aksesibilitas, dan terjangkaunya instrumen derivatif melalui perdagangan multilateral dapat memberikan pendalaman pasar keuangan yang lebih luas kepada masyarakat. Hal ini tentu akan mendorong peningkatan partisipan yang terlibat dalam pasar. “Sebagai lembaga kliring kami menerapkan transparansi dalam proses kliring transaksi melalui ICH. Kami juga telah memperoleh ISO 27001 untuk menjamin operasional keamanan dan manajemen risiko informasi di semua tingkatan,” imbuh Nursalam. Melalui ISO 27001, ICH akan melindungi kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan informasi. Hal ini meliputi sistem pemrosesan informasi, layanan atau infrastruktur, dan tempat penyimpanan informasi yang mempertimbangkan segala jenis risiko yang mungkin terjadi dan mekanisme penanggulangannya. Nursalam bilang, perlindungan aset informasi akan mendukung ICH dalam melaksanakan sistem dan memberi fasilitas kliring dan penyelesaian untuk transaksi di ICDX secara efektif. Dalam rangka pengelolaan perusahaan, ICH selalu mengedepankan Etika dan Regulasi sebagai penerapan fungsi kepatuhan.
ICH mengkombinasikan antara regulasi yang merupakan suatu kondisi untuk patuh pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan adanya etika yang merupakan kesadaran individu pelaku bisnis dalam menjalankan praktik bisnisnya. Fungsi kepatuhan tersebut diimplementasikan dalam penerapan lima aspek utama tata kelola perusahaan yang baik yakni berupa aspek transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan kewajaran, serta kesetaraan. Ke depan, ICDX akan terus berinovasi dengan menghadirkan produk-produk multilateral baru yang banyak diminati pasar, dan memberikan keamanan serta jaminan transaksi dalam pasar. ICDX juga akan melanjutkan edukasi kepada masyarakat untuk melakukan penetrasi pasar serta memperkenalkan perdagangan multilateral sebagai alternatif investasi melalui kerjasama dengan berbagai pihak sehingga dapat menjangkau berbagai kalangan, terutama generasi muda dan produktif. “Tentunya pencapaian ini tidak lepas dari dukungan banyak pihak mulai dari Bappebti selaku regulator kami, pialang, dan para investor. Kami berharap dapat terus bersinergi baik dengan seluruh pihak untuk dapat meraih pencapaian yang lebih besar di tahun-tahun mendatang,” imbuh Lamon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat