JAKARTA. Program bantuan pendidikan Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang diusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo belum sepenuhnya tersalurkan dengan tepat. Indonesia Corruption Watch (ICW) menemukan 78.570 siswa atau 19.4% dari total 405.000 penerima KJP 2013, tidak sesuai kriteria. Hal tersebut berdasarkan hasil pantauan ICW sejak 3 Februari hingga 17 Maret 2014. Dari total penerima KJP 2013, ICW mengambil sampel sebanyak 650 siswa penerima KJP sesuai data yang dipublikasikan Dinas Pendidikan Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Kepala Divisi Monitoring Pelayanan Publik ICW Febri Hendri memaparkan, sebanyak 68,8% yang digunakan ICW sebagai sampel tersebut, terkonfirmasi sebagai penerima KJP. Namun, 19,4% dari penerima KJP tersebut ternyata tidak memenuhi semhilan poin kriteria sesuai petunjuk teknis yang ditetapkan Pemprov DKI. "Dari 68,8 persen siswa yang terkonfirmasi, kita telusuri apakah sesuai dengan kriteria penerima KJP. Ternyata sebanyak 19,4 persen seharusnya tidak menerima," kata Febri saat jumpa wartawan di Cikini, Jakarta, Senin (31/3).
ICW: 78.570 siswa penerima KJP tidak tepat sasaran
JAKARTA. Program bantuan pendidikan Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang diusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo belum sepenuhnya tersalurkan dengan tepat. Indonesia Corruption Watch (ICW) menemukan 78.570 siswa atau 19.4% dari total 405.000 penerima KJP 2013, tidak sesuai kriteria. Hal tersebut berdasarkan hasil pantauan ICW sejak 3 Februari hingga 17 Maret 2014. Dari total penerima KJP 2013, ICW mengambil sampel sebanyak 650 siswa penerima KJP sesuai data yang dipublikasikan Dinas Pendidikan Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Kepala Divisi Monitoring Pelayanan Publik ICW Febri Hendri memaparkan, sebanyak 68,8% yang digunakan ICW sebagai sampel tersebut, terkonfirmasi sebagai penerima KJP. Namun, 19,4% dari penerima KJP tersebut ternyata tidak memenuhi semhilan poin kriteria sesuai petunjuk teknis yang ditetapkan Pemprov DKI. "Dari 68,8 persen siswa yang terkonfirmasi, kita telusuri apakah sesuai dengan kriteria penerima KJP. Ternyata sebanyak 19,4 persen seharusnya tidak menerima," kata Febri saat jumpa wartawan di Cikini, Jakarta, Senin (31/3).