Neraca perdagangan Indonesia per April 2018 tercatat defisit US$1,63 miliar. Angka itu jauh dari ekspektasi konsensus US$ 400 juta. Penyebabnya, impor lebih tinggi dibandingkan ekspor. Hal ini didorong peningkatan tajam aktivitas investasi di triwulan pertama dan kedua. Ini sejalan data pertumbuhan pengeluaran investasi yang naik 7,95% (yoy) di triwulan I-2018. Defisit itu melengkapi defisit laporan keuangan lainnya seperti defisit anggaran pemerintahan. Itu baru faktor dari dalam negeri. Belum lagi dari luar negeri terutama sentimen The Fed. Pasar melihat, The Fed masih memiliki ruang menaikkan suku bunga acuan tahun ini. The Fed jugamulai memotong neraca keuangannya secara perlahan. Kebijakan itu berujung pada satu hal, suplai dollar AS akan terbatas. Artinya, dollar AS ke depan bakal terus menguat, ditambah sentimen dalam negeri, rupiah pun berpotensi kembali tertekan menuju Rp 14.100–Rp 14.200 mulai Juni nanti.
Idealnya, BI rate naik 0,25%
Neraca perdagangan Indonesia per April 2018 tercatat defisit US$1,63 miliar. Angka itu jauh dari ekspektasi konsensus US$ 400 juta. Penyebabnya, impor lebih tinggi dibandingkan ekspor. Hal ini didorong peningkatan tajam aktivitas investasi di triwulan pertama dan kedua. Ini sejalan data pertumbuhan pengeluaran investasi yang naik 7,95% (yoy) di triwulan I-2018. Defisit itu melengkapi defisit laporan keuangan lainnya seperti defisit anggaran pemerintahan. Itu baru faktor dari dalam negeri. Belum lagi dari luar negeri terutama sentimen The Fed. Pasar melihat, The Fed masih memiliki ruang menaikkan suku bunga acuan tahun ini. The Fed jugamulai memotong neraca keuangannya secara perlahan. Kebijakan itu berujung pada satu hal, suplai dollar AS akan terbatas. Artinya, dollar AS ke depan bakal terus menguat, ditambah sentimen dalam negeri, rupiah pun berpotensi kembali tertekan menuju Rp 14.100–Rp 14.200 mulai Juni nanti.