Identitas Partai Kebangkitan Bangsa dipertanyakan



JAKARTA. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dinilai tak lagi memiliki identitas yang jelas. Strategi politik yang praktis dengan mengangkat sejumlah politisi hingga pengusaha sebagai elite PKB membuat partai itu tak lagi mempunyai identitas kuat.

Padahal, sebelumnya, PKB dikenal sebagai partai Islam yang memiliki basis kuat di kalangan masyarakat Nahdlatul Ulama. "Dalam jangka panjang, PKB semakin ke tengah semakin memudar warna ideologinya," ujar pengamat politik Hanta Yudha di Jakarta, Senin (13/1/2014).

Hanta menjelaskan, PKB saat ini mengalami empat kendala. Pertama, pasca-Gus Dur, PKB tak lagi memiliki figur yang diusung sebagai simbol kejayaan. Strategi PKB dengan mengusung Mahfud MD, Rhoma Irama, dan Jusuf Kalla sebagai calon presiden dinilai Hanta tidak akan mampu menggantikan sosok Gus Dur yang begitu melekat dengan PKB.


"PKB kehilangan figur Gus Dur sebagai simbol kemewahan dan merupakan figur NU. Kini semuanya buyar," ucap Hanta.

Selain itu, persoalan dana logistik, kata Hanta, juga dialami PKB. Oleh karena itu, PKB kemudian merekrut Direktur Utama Lion Grup Rusdi Kirana menjadi Wakil Ketua Umum PKB. Belum selesai berkutat dengan masalah persoalan dana, PKB juga masih berkutat dengan masalah massa tradisional PKB, yakni NU yang terpecah.

"PKB kini sudah berbeda dengan dulu. Dulu basis intinya NU, tapi karena terdiaspora, jadi lebih luas. Selain itu, strategi memobilisasi massa, dengan fatwa ulama dan kyai pun yang selama ini menjadi ikon, tidak lagi kuat," kata Hanta.

Lebih lanjut, Hanta melihat pengerahan sejumlah tokoh seperti Rhoma Irama, Jusuf Kalla, Mahfud MD, hingga masuknya Rusdi Kirana akan menimbulkan dinamika di internal partai itu.

Keberadaan para tokoh ini, ucap Hanta, berpotensi membuat konflik internal baru di PKB. Hanta menambahkan, selama ini PKB sarat dengan konflik internal. Pada masa kepemimpinan Gus Dur, terjadi konflik internal dengan Matori Abdul Djalil. Sepeninggalan Gus Dur, konflik internal meruncing antara Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dengan putri Gus Dur, Yenny Wahid.

"Faksi di dalam PKB ini menjadi tantangan tersendiri, dengan adanya perubahan, ada tokoh lain masuk ke partai sudah pasti akan menimbulkan faksi baru. Jika tidak ditangani dengan baik, elektabilitas PKB justru akan semakin menurun," ucap Hanta. (Sabrina Asril)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri