KONTAN.CO.ID - LONDON. Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA) mengatakan, pemotongan pasokan OPEC+ dapat mengikis persediaan di sisa tahun ini. Pemangkasan produksi berpotensi mengangkat harga minyak, sebelum hambatan ekonomi membatasi pertumbuhan permintaan global pada tahun 2024. Pasokan yang lebih ketat dipicu oleh pengurangan produksi minyak OPEC+ dan meningkatnya permintaan global telah mendukung reli harga minyak. Harga minyak mentah Brent mencapai lebih dari US$ 88 per barel pada hari Kamis, yang merupakan level tertinggi sejak Januari. IEA mengatakan, jika target OPEC+ saat ini dipertahankan, persediaan minyak dapat turun 2,2 juta barel per hari (bpd) pada kuartal ketiga dan 1,2 juta bpd pada kuartal keempat, dengan risiko mengangkat harga lebih tinggi.
"Pemotongan pasokan OPEC+ yang semakin dalam telah bertabrakan dengan sentimen ekonomi makro yang membaik dan permintaan minyak dunia yang tinggi sepanjang masa," kata IEA, pengawas energi yang berbasis di Paris dalam laporan pasar minyak bulanannya, Jumat (11/8).
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Berakhir Lebih Rendah Kamis (10/8), WTI ke US$82,82 Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, mulai membatasi pasokan pada akhir 2022 untuk memperkuat pasar. OPEC+ pada Juni lalu memperpanjang pembatasan pasokan hingga 2024. IEA mengatakan bahwa pada bulan Juli, pasokan minyak global anjlok 910.000 barel per hari. Penurunan pasoksn sebagian karena penurunan tajam dalam produksi Saudi. Tetapi ekspor minyak Rusia tetap stabil di sekitar 7,3 juta barel per hari pada Juli, kata IEA. Tahun depan, pertumbuhan permintaan diperkirakan akan melambat tajam menjadi 1 juta barel per hari, kata IEA. Lembaga ini menyebut, kondisi ekonomi makro yang lesu, pemulihan pasca-pandemi yang kehabisan tenaga, dan meningkatnya penggunaan kendaraan listrik berpotensi menurunkan permintaan. "Dengan
rebound pasca-pandemi yang sebagian besar telah selesai dan karena berbagai hambatan menantang prospek Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), konsumsi minyak melambat secara nyata," kata IEA.
Baca Juga: Emiten Industri Kimia Belum Berjaya, Cermati Proyeksi Kinerja & Rekomendasi Sahamnya Perkiraan pertumbuhan permintaan IEA turun 150.000 barel per hari dari bulan lalu. Prediksi ini kontras dengan OPEC, yang pada Kamis mempertahankan perkiraannya bahwa permintaan minyak akan meningkat lebih kuat 2,25 juta barel per hari pada 2024. "Prospek ekonomi global tetap menantang dalam menghadapi suku bunga yang melonjak dan kredit bank yang lebih ketat, menekan bisnis yang sudah harus mengatasi manufaktur dan perdagangan yang lesu," kata IEA. Untuk tahun 2023, selisih prediksi IEA dan OPEC tidak terlalu jauh. IEA memperkirakan permintaan meningkat sebesar 2,2 juta barel per hari pada tahun 2023, didukung oleh perjalanan udara musim panas, peningkatan penggunaan minyak dalam pembangkit listrik, dan aktivitas petrokimia Tiongkok yang melonjak. OPEC memperkirakan kenaikan permintaan 2,44 juta barel per hari di tahun ini. IEA menyebut, permintaan diperkirakan rata-rata 102,2 juta barel per hari tahun ini. China menyumbang lebih dari 70% pertumbuhan permintaan, meskipun ada kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi importir minyak utama dunia.
Editor: Wahyu T.Rahmawati