KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Internasional Energy Agency (IEA) atau Badan Energi Internasional memprediksi permintaan global untuk batu bara akan mencapai rekor baru, setidaknya hingga 2027. Dalam laporan Bloomberg, Rabu (18/12), IEA melihat permintaan batu bara akan meningkat menjadi hampir 8,9 miliar ton pada 2027, atau sekitar 1% lebih tinggi dari level 2024. Peningkatan ini sekaligus mematahkan perkiraan IEA yang menyebut bahwa permintaan batu bara akan mencapai puncak pada tahun 2023, dan akan mulai menurun secara bertahap selama dekade ini. Kenaikan ini, faktor terbesarnya disebabkan permintaan yang terus meningkat khususnya dari dua negara dengan penduduk terbanyak di dunia yaitu Tiongkok dan India. Dimana batu bara masih dianggap sebagai sumber energi yang murah, terlepas dari dampak iklimnya. Meskipun penggunaan batubara telah anjlok di Eropa dan Amerika Serikat (AS). Baca Juga: Menimbang Alasan Freeport Minta Relaksasi Ekspor Konsentrat Tembaga, Apa Masih Layak? “Model kami menunjukkan permintaan global untuk batubara akan mencapai titik jenuh hingga tahun 2027. Meskipun, konsumsi listrik meningkat tajam,” kata Keisuke Sadamori, selaku Direktur Pasar Energi dan Keamanan IEA dalam pernyataannya, Rabu (18/12). Keisuke menambahkan, faktor cuaca yang dialami oleh negara-negara importir juga akan menentukan kenaikan permintaan batu bara global, khususnya dalam jangka pendek. “Namun, faktor cuaca – khususnya di Tiongkok, sebagai konsumen batubara terbesar di dunia – akan berdampak besar pada tren jangka pendek untuk permintaan batubara," katanya. Selain faktor cuaca, pertumbuhan dari permintaan listrik juga akan mempengaruhi permintaan batu bara dalam jangka menengah. Sebelumnya, IEA telah memperkirakan permintaan batubara akan mencapai titik jenuh selama setidaknya lima tahun terakhir. Tapi perkiraan ini justru meleset, permintaan batubara sepanjang tahun 2024 bahkan meningkat sekitar 9% dari perkiraan yang dibuat beberapa tahun lalu. Sebagai tambahan informasi, Indonesia termasuk dalam daftar negara eksportir batubara dengan negara tujuan terbesar adalah Tiongkok, India, Jepang, Korea Selatan hingga Malaysia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) volume ekspor batubara Indonesia pada kuartal III-2024 meningkat 15,04% YoY, dan secara bulanan naik 2,62% MtM yang mencapai volume 34,64 juta ton, dengan nilai ekspor mencapai US$ 2,54 miliar. Baca Juga: Ambisi Hilirisasi Nikel Terancam dengan Cadangan yang Habis dalam 25 Tahun
IEA Sebut Permintaan Batu Bara Diprediksi Capai 8,9 Juta Ton Pada 2027
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Internasional Energy Agency (IEA) atau Badan Energi Internasional memprediksi permintaan global untuk batu bara akan mencapai rekor baru, setidaknya hingga 2027. Dalam laporan Bloomberg, Rabu (18/12), IEA melihat permintaan batu bara akan meningkat menjadi hampir 8,9 miliar ton pada 2027, atau sekitar 1% lebih tinggi dari level 2024. Peningkatan ini sekaligus mematahkan perkiraan IEA yang menyebut bahwa permintaan batu bara akan mencapai puncak pada tahun 2023, dan akan mulai menurun secara bertahap selama dekade ini. Kenaikan ini, faktor terbesarnya disebabkan permintaan yang terus meningkat khususnya dari dua negara dengan penduduk terbanyak di dunia yaitu Tiongkok dan India. Dimana batu bara masih dianggap sebagai sumber energi yang murah, terlepas dari dampak iklimnya. Meskipun penggunaan batubara telah anjlok di Eropa dan Amerika Serikat (AS). Baca Juga: Menimbang Alasan Freeport Minta Relaksasi Ekspor Konsentrat Tembaga, Apa Masih Layak? “Model kami menunjukkan permintaan global untuk batubara akan mencapai titik jenuh hingga tahun 2027. Meskipun, konsumsi listrik meningkat tajam,” kata Keisuke Sadamori, selaku Direktur Pasar Energi dan Keamanan IEA dalam pernyataannya, Rabu (18/12). Keisuke menambahkan, faktor cuaca yang dialami oleh negara-negara importir juga akan menentukan kenaikan permintaan batu bara global, khususnya dalam jangka pendek. “Namun, faktor cuaca – khususnya di Tiongkok, sebagai konsumen batubara terbesar di dunia – akan berdampak besar pada tren jangka pendek untuk permintaan batubara," katanya. Selain faktor cuaca, pertumbuhan dari permintaan listrik juga akan mempengaruhi permintaan batu bara dalam jangka menengah. Sebelumnya, IEA telah memperkirakan permintaan batubara akan mencapai titik jenuh selama setidaknya lima tahun terakhir. Tapi perkiraan ini justru meleset, permintaan batubara sepanjang tahun 2024 bahkan meningkat sekitar 9% dari perkiraan yang dibuat beberapa tahun lalu. Sebagai tambahan informasi, Indonesia termasuk dalam daftar negara eksportir batubara dengan negara tujuan terbesar adalah Tiongkok, India, Jepang, Korea Selatan hingga Malaysia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) volume ekspor batubara Indonesia pada kuartal III-2024 meningkat 15,04% YoY, dan secara bulanan naik 2,62% MtM yang mencapai volume 34,64 juta ton, dengan nilai ekspor mencapai US$ 2,54 miliar. Baca Juga: Ambisi Hilirisasi Nikel Terancam dengan Cadangan yang Habis dalam 25 Tahun