IEA Sebut Sanksi Terbaru AS akan Signifikan Mengganggu Pasokan Minyak Rusia



KONTAN.CO.ID - LONDON - Langkah terbaru sanksi AS terhadap minyak Rusia dapat mengganggu rantai pasokan minyak negara tersebut secara signifikan, kata Badan Energi Internasional (IEA) dalam laporan bulanan pada hari Rabu, yang berpotensi memperketat pasar global.

Namun, prospek dari IEA, yang memberi nasihat kepada negara-negara industri, masih menunjukkan bahwa pasar akan surplus tahun ini karena pertumbuhan pasokan yang dipimpin oleh negara-negara di luar kelompok produsen OPEC+, melebihi ekspansi permintaan dunia yang lemah.

Baca Juga: Prediksi Terbaru OPEC akan Permintaan Minyak Mentah Dunia 2026


Sanksi AS baru terhadap Iran dan Rusia mencakup entitas yang menangani lebih dari sepertiga ekspor minyak mentah Rusia dan Iran pada tahun 2024, kata IEA, tetapi menahan diri untuk memasukkan langkah-langkah tersebut ke dalam perkiraan pasokan mereka untuk saat ini.

"Kami mempertahankan perkiraan pasokan kami untuk kedua negara tersebut sampai dampak penuh sanksi menjadi lebih jelas, tetapi langkah-langkah baru dapat mengakibatkan pengencangan keseimbangan minyak mentah dan produk," kata IEA.

Pendekatan IEA tentang dampak pada pasokan Rusia jauh lebih hati-hati daripada yang dibuatnya pada Maret 2022 segera setelah dimulainya perang di Ukraina dan sanksi pertama terhadap Moskow.

Pada saat itu, ia memprediksi 3 juta barel per hari (bpd) pasokan Rusia mungkin tidak akan menemukan jalannya ke pasar karena sanksi Barat dan keengganan pembeli. Pasokan Rusia tidak pernah turun sebanyak itu dan badan tersebut kemudian merevisi prediksinya.

Juga dalam laporan tersebut, IEA melakukan revisi minor terhadap perkiraannya, menetapkan pertumbuhan permintaan minyak global 2025 sebesar 1,05 juta bpd, turun dari pandangan sebelumnya sebesar 1,1 juta bpd.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Memanas Rabu (15/1), Brent ke US$80,08 dan WTI ke US$77,76

Ia memperkirakan permintaan 2024 akan tumbuh sebesar 940.000 bpd, katanya.

Mengantung pada prospek 2025 adalah Cina, yang setelah mendorong peningkatan konsumsi selama bertahun-tahun sekarang menghadapi tantangan ekonomi serta pergeseran ke kendaraan listrik, faktor-faktor yang sedang meredam prospek permintaan minyak di konsumen terbesar kedua dunia.

OPEC dalam laporan pasar minyak bulanannya sendiri pada hari Rabu mengurangi angka untuk pertumbuhan permintaan 2024 untuk keenam kalinya, menyorot peran China yang meredup dalam mendorong konsumsi.

Namun, produsen OPEC terus melihat konsumsi yang kuat dalam dua tahun ke depan, dengan pertumbuhan permintaan minyak dunia diperkirakan akan naik sebesar 1,45 juta bpd tahun ini dan sebesar 1,43 juta bpd pada tahun 2026.

IEA tidak menerbitkan perkiraan untuk tahun 2026. Sementara, harga minyak sedikit berubah setelah laporan tersebut, naik 6 sen menjadi $79,98 per barel pada pukul 1148 GMT.

Baca Juga: Ancelotti Ogah Bicara Gara-gara Madrid Dibungkam Barcelona 5-2 di Piala Super Spanyol

Selanjutnya: Sun Life & CIMB Niaga Resmikan Kemitraan Preferred Bancassurance

Menarik Dibaca: Lavalen Medica dan Prof. Xanya Sofra Hadirkan Teknologi Infinity Gym

Editor: Syamsul Azhar