IESR Dorong Pemerintah Siapkan SDM Berdaya Saing di Era Transisi Energi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dekarbonisasi sistem energi menuju nol emisi karbon akan menciptakan lapangan pekerjaan baru, khususnya bagi generasi muda.  Menurut kajian Institute for Essential Services Reform (IESR), jumlah lapangan pekerjaan yang tercipta di sektor kelistrikan pada tahun 2050 bisa mencapai 3,2 juta.

Jumlah itu akan bertambah jika strategi dekarbonisasi sistem energi secara komprehensif diterapkan. Namun, Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, potensi itu memerlukan kesiapan sumber daya manusia (SDM) dengan keahlian dan keterampilan khusus.

Untuk itu diperlukan dukungan kebijakan yang strategis untuk mendorong pelatihan vokasi dan perguruan tinggi sehingga transisi energi mampu menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan.


“Sebagai contoh, SMK dengan jurusan otomotif kendaraan ringan dapat mulai beralih untuk mempelajari industri kendaraan listrik, dan sekolah vokasi dengan jurusan teknik bangunan dapat mempelajari konsep green building,” kata Fabby dalam keterangan resminya, Rabu (28/8).

Ia memperkirakan, puluhan ribu teknisi terampil akan dibutuhkan untuk memasang PLTS dengan standar yang tinggi dalam beberapa tahun mendatang. Oleh arena itu, pemerintah diharapkan dapat mendorong dan memfasilitasi program studi baru yang berbasis pada kebutuhan- kebutuhan keahlian untuk mendukung transisi energi.

Baca Juga: IBC Perkuat Kolaborasi dengan Negara Asean untuk Pengembangan Industri Baterai

IESR mendorong pemerintah untuk mempersiapkan SDM di Indonesia melalui pelatihan dan peningkatan kapasitas tenaga kerja, serta mempererat koordinasi antar kementerian terkait. IESR menawarkan lima strategi untuk memastikan SDM Indonesia memiliki daya saing tinggi di era transisi energi.

Pertama, mengidentifikasi keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan untuk transisi energi serta merumuskan strategi yang terarah untuk mengembangkan keahlian, keterampilan dan kapasitas tenaga kerja terampil.  Kedua, meningkatkan anggaran membangun fasilitas pelatihan, pendidikan dan sertifikasi teknologi energi bersih 

Ketiga, meningkatkan koordinasi antara pembuat kebijakan terkait transisi energi dan instansi yang bertanggung jawab pada penyiapan tenaga kerja dan ahli-ahli profesional.

Keempat, menyiapkan program pelatihan dan peningkatan kapasitas untuk pekerja dari sektor energi fosil agar dapat menguasai pekerjaan di sektor energi bersih dan dapat beralih di saat transisi dimulai. Kelima, memfasilitasi peralihan pekerjaan untuk mengurangi potensi pengangguran akibat transisi energi dengan menggunakan kapasitas fiskal.

Ahmad Khulaemi, Widyaiswara Ahli Madya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan pihaknya melakukan dua strategi peningkatan kualitas SDM yaitu pelatihan dan sertifikasi. Misalnya saja pelatihan audit energi, yang mencakup bidang ketenagalistrikan, mekanik beserta bangunan. Pada tahun 2023, sekitar 189 orang auditor energi telah tersertifikasi. 

Baca Juga: Kemenperin Siapkan Peta Jalan Pengembangan Hidrogen untuk Industri

Selain itu, adanya program Patriot dan Gerilya, yang mengenalkan generasi muda terutama mahasiswa tingkat akhir, pada berbagai jenis energi terbarukan seperti energi surya, angin, dan air.

“Saat ini terdapat empat program prioritas nasional Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (PPSDM KEBTKE) untuk tahun 2024 meliputi program diklat masyarakat untuk PLTS, PLTMH, Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik (IPTL) dan konversi sepeda motor BBM menjadi motor listrik,”  tuturnya.

Sementara itu, Adi Nuryanto, Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi  menuturkan, proses transisi energi membawa peluang besar sekaligus tantangan karena kesenjangan antara kebutuhan industri dan kurikulum pendidikan. 

Untuk itu, kolaborasi dengan industri menjadi sangat penting, mencakup program magang, penyusunan kurikulum bersama, pengajaran oleh praktisi industri, pembelajaran berbasis proyek, sertifikasi kompetensi, riset terapan, serta komitmen penyerapan tenaga kerja.

“Pendidikan vokasi juga harus mendapat pembaruan dari dunia industri agar tetap relevan. Saat ini, pendidikan vokasi telah menunjukkan kemajuan yang signifikan dengan melibatkan 508 mahasiswa dan 3.031 SMK dalam program terkait energi terbarukan,” kata Adi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dina Hutauruk