IFC Akan Salurkan Kredit ke Sektor Agribisnis dan Industri Semen



JAKARTA. International Finance Corporation (IFC), lembaga keuangan internasional, berniat menyalurkan kredit ke sektor agribisnis dan industri semen. Rencananya, mereka akan menjalin kerjasama dengan Kementerian Perindustrian untuk program kredit ini. "IFC (siap) mendukung pengembangan sektor privat agribisnis di Indonesia dengan menyediakan pinjaman jangka panjang maupun jasa konsultasi. Lagi pula, kami sudah menjadi investor mayoritas di industri semen secara global," ujar Adam Sack, Country Manager IFC untuk Indonesia kepada KONTAN. Sayang, Adam belum bisa menyebut berapa besar kredit yang akan disalurkan ke kedua sektor tersebut. "Nilainya belum final," imbuh Adam. Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Agus Tjahjana, membenarkan rencana IFC ini. Menurutnya, IFC memang punya dua fokus besar penyaluran kredit di Indonesia. "Pertama, infrastruktur. Kedua, di bidang industri agribisnis," katanya. Rencana IFC tersebut merupakan bagian dari komitmennya, untuk mengembangkan industri manufaktur di Indonesia. Sementara, hingga saat ini, kerja sama antara IFC dengan Kementerian Perindustrian masih minim. "Selama ini mereka lebih menyalurkan kredit ke sektor swasta. Bisa saja mereka masuk ke BUMN (Badan Usaha Milik Negara)," imbuh Agus. Selama ini, IFC telah menggunakan jasa perbankan dan lembaga keuangan non bank untuk menyalurkan pinjaman ke para petani. Dua bank yang telah menerima pinjaman IFC dan menyalurkan ke sektor mikro adalah PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) dan PT Bank Andara. BTPN menerima US$ 70 juta dan PT Bank Andara US$ 3,7 juta. IFC juga menanamkan modal ke bank yang bersangkutan. "Setidaknya, kami akan berinvestasi sekitar 15%-20%. Namun kami tidak akan menjadi pemegang saham mayoritas. Saat ini, kami sedang menjajaki kerjasama dengan tiga bank lagi," ujar Adam. Sepanjang 2008, nilai investasi IFC di Indonesia mencapai US$ 968 juta. Perinciannya, sebanyak 42,3% dari total dana tersebut mengalir ke pasar uang. Lalu, agribisnis mendapat 15,8%, manufaktur (12,4%), pertambangan (9,9%), pembiayaan (4,2%), infrastruktur, teknologi (3,5%), serta kesehatan dan pendidikan (0,4%).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Johana K.