JAKARTA. Kelompok Bank Dunia, International Finance Corporation (IFC), meluncurkan program pembiayaan "Sustainable Forestry" hari ini (17/11). Sasaran utama program ini adalah mengembangkan hutan tanaman pada lahan kritis di Indonesia untuk mengurangi dampak perubahan iklim dengan melakukan kemitraan bersama perusahaan yang mendapatkan izin bisnis dari Departemen Kehutanan. "Ini merupakan bentuk komitmen IFC mengurangi dampak emisi gas rumah kaca," ujar Adam Sack, Country Manager IFC untuk Indonesia.Menurut Adam, saat ini terdapat 96 juta hektar (ha) lahan kritis di Indonesia. Dalam 5 tahun ke depan, IFC menargetkan mampu meningkatkan luas hutan tanaman hingga 250.000 ha dan memberi pekerjaan bagi 90.000 orang, serta menurunkan emisi karbon hingga 90 juta ton.Dalam menyukseskan program ini, IFC akan menggunakan dua strategis pembiayaan. Pertama, pemberian keahlian teknis pada perusahaan yang menggunakan fasilitas pembiayaan. Kedua, investasi langsung revitalisasi lahan kritis.Untuk pelatihan teknis, IFC menyiapkan dana US$ 4 juta. Sementara investasi langsung pada revitalisasi lahan mencapai sekitar US$ 75-200 juta. Sementara itu, IFC kemungkinan akan menyasar lahan kritis di Sumatera, Kalimantan, dan Nusa Tenggara.Artinya, IFC menargetkan mampu mengembalikan produktivitas lahan kritis yang menjadi sasaran program. Selain itu, program ini juga bertujuan menyerap tenaga kerja di lokasi tempat program tersebut.FC mengklaim, pihaknya sebagai satu-satunya intitusi keuangan yang mencoba meningkatkan permodalan sekaligus menyelesaikan beberapa masalah terkait lingkungan, pembiayaan revitalisasi lahan, dan pengangguran. Pada tahun anggaran 2009, total investasi IFC mencapai US$ 14,5 miliar untuk negara-negara berkembang.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
IFC Luncurkan Pengembangan Lahan Kritis
JAKARTA. Kelompok Bank Dunia, International Finance Corporation (IFC), meluncurkan program pembiayaan "Sustainable Forestry" hari ini (17/11). Sasaran utama program ini adalah mengembangkan hutan tanaman pada lahan kritis di Indonesia untuk mengurangi dampak perubahan iklim dengan melakukan kemitraan bersama perusahaan yang mendapatkan izin bisnis dari Departemen Kehutanan. "Ini merupakan bentuk komitmen IFC mengurangi dampak emisi gas rumah kaca," ujar Adam Sack, Country Manager IFC untuk Indonesia.Menurut Adam, saat ini terdapat 96 juta hektar (ha) lahan kritis di Indonesia. Dalam 5 tahun ke depan, IFC menargetkan mampu meningkatkan luas hutan tanaman hingga 250.000 ha dan memberi pekerjaan bagi 90.000 orang, serta menurunkan emisi karbon hingga 90 juta ton.Dalam menyukseskan program ini, IFC akan menggunakan dua strategis pembiayaan. Pertama, pemberian keahlian teknis pada perusahaan yang menggunakan fasilitas pembiayaan. Kedua, investasi langsung revitalisasi lahan kritis.Untuk pelatihan teknis, IFC menyiapkan dana US$ 4 juta. Sementara investasi langsung pada revitalisasi lahan mencapai sekitar US$ 75-200 juta. Sementara itu, IFC kemungkinan akan menyasar lahan kritis di Sumatera, Kalimantan, dan Nusa Tenggara.Artinya, IFC menargetkan mampu mengembalikan produktivitas lahan kritis yang menjadi sasaran program. Selain itu, program ini juga bertujuan menyerap tenaga kerja di lokasi tempat program tersebut.FC mengklaim, pihaknya sebagai satu-satunya intitusi keuangan yang mencoba meningkatkan permodalan sekaligus menyelesaikan beberapa masalah terkait lingkungan, pembiayaan revitalisasi lahan, dan pengangguran. Pada tahun anggaran 2009, total investasi IFC mencapai US$ 14,5 miliar untuk negara-negara berkembang.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News