IFFC: Ekspor produk kehutanan bisa naik US$ 1,5 M



JAKARTA.  Indonesian Forestry Certification Cooperation (IFFC) menyatakan, Indonesia berpotensi menaikkan ekspor produk kehutanan US$ 1 miliar-US$ 1,5 miliar dari saat ini yang sekitar US$ 5 miliar sehingga menjadi US$ 6-6,5 miliar per tahun.

Chairman IFCC Dradjad H Wibowo mengatakan, saat ini sekitar 44% dari ekspor produk kehutanan Indonesia disumbang dari produk bubur kayu dan kertas. "Dengan disertifikasinya produk tersebut dengan skema PEFC tentu akan berkontribusi positif pada peningkatan ekspor," katanya dalam penganugerahan sertifikat Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC) kepada perusahaan bubur kertas (pulp) dan kertas Indonesia.

Menurut Dradjad, permintaan produk bersertifikat secara global juga terus meningkat, terutama di Asia dan Australia, selain yang secara tradisional telah menuntut sejak lama yaitu Eropa dan Amerika Utara. Dia berharap dengan sertifikat PEFC/IFCC pengelolaan hutan lestari di Indonesia bisa tercapai dan permintaan pasar terpenuhi.


"Ekspor hasil hutan bisa meningkat, lapangan kerja terbuka, dan secara keseluruhan meningkatkan pertumbuhan ekonomi," katanya.

Sementara itu APRIL group, salah satu perusahaan yang menerima sertifikat tersebut, menyatakan optimistis mampu membuka pasar baru dan menyumbang devisa ekspor lebih besar bagi negara.

Managing Director APRIL Indonesia Operation Tony Wenas menyatakan saat ini APRIL grup mengekspor produknya ke 75 negara. "Dengan kebijakan pengelolaan hutan lestari dan investasi baru untuk hilirisasi produk kertas, kami optimis bisa memperluas negara tujuan ekspor menjadi 85 negara," katanya usai menerima sertifikat PEFC.

APRIL grup menjadi yang pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikat PEFC, sebuah sertifikasi pengelolaan hutan lestari independen yang terbesar di dunia. Sertifikat tersebut sebenarnya telah resmi sejak Desember 2014.

Saat ini 45% dari total pasokan kayu jangka panjang APRIL di Indonesia telah bersertifikat PEFC, dengan lebih dari 300.000 hektare areal konsesi hutan bersertifikat.

Perusahaan tersebut juga telah mendapatkan sertifikat lacak balak (Chain of Custody/CoC) PEFC yang menandakan seluruh rantai pasokan bahan baku dari hulu ke hilir telah memiliki sertifikat PEFC.

Tony menyatakan PEFC memberikan kepercayaan dan jaminan bagi konsumen di dunia bahwa produk APRIL merupakan produk yang berkelanjutan. "Hal ini merupakan langkah positif untuk reputasi kehutanan Indonesia di dunia dan hal ini membuka peluang dan pasar baru bagi APRIL," ujar Tony.

Produsen bubur kertas dan kertas itu mengelola sekitar 1 juta hektare konsesi hutan. Menurut Tony luas konsesi yang tersertifikasi diharapkan bisa didapat pada beberapa bulan ke depan.

Saat ini lebih dari 264 juta hektare hutan dan 15.804 perusahaan telah disertifikasi PEFC. Di Indonesia, PEFC meng-endorse skema sertifikasi pengelolaan hutan lestari dan lacak balak IFCC. Luas hutan tanaman yang telah tersertifikasi PEFC/IFCC saat ini sekitar 600.000 hektare.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa