JAKARTA. Pelaku industri perasuransian sedang kebingungan karena belum ada petunjuk teknis sistem pelaporan keuangan standar akuntansi internasional alias International Financial Reporting Standard (IFRS) di Indonesia. Padahal, IFRS harus sudah terpakai dalam penyusunan laporan keuangan tahun ini. Pelaku asuransi khawatir ketiadaan petunjuk ini menyebabkan laporan keuangan setiap asuransi berbeda-beda, bahkan menyalahi ketentuan. Solihah, Direktur Keuangan Jasindo, membeberkan, banyak yang harus disepakati dalam penerapan IFRS. Mengingat, IFRS berbeda dengan sistem sebelumnya. Misalnya, apa yang dimaksud cadangan teknis serta teknis pemakaian tenaga aktuaria. Tenaga aktuaria untuk asuransi jiwa dan umum pun berbeda. "Kalau tidak ada keseragaman, kekhawatiran saya nanti penghitungannya akan berbeda-beda tergantung persepsi yang menghitung," ujarnya, Rabu (19/9).
IFRS bisa jadikan laporan keuangan tak seragam
JAKARTA. Pelaku industri perasuransian sedang kebingungan karena belum ada petunjuk teknis sistem pelaporan keuangan standar akuntansi internasional alias International Financial Reporting Standard (IFRS) di Indonesia. Padahal, IFRS harus sudah terpakai dalam penyusunan laporan keuangan tahun ini. Pelaku asuransi khawatir ketiadaan petunjuk ini menyebabkan laporan keuangan setiap asuransi berbeda-beda, bahkan menyalahi ketentuan. Solihah, Direktur Keuangan Jasindo, membeberkan, banyak yang harus disepakati dalam penerapan IFRS. Mengingat, IFRS berbeda dengan sistem sebelumnya. Misalnya, apa yang dimaksud cadangan teknis serta teknis pemakaian tenaga aktuaria. Tenaga aktuaria untuk asuransi jiwa dan umum pun berbeda. "Kalau tidak ada keseragaman, kekhawatiran saya nanti penghitungannya akan berbeda-beda tergantung persepsi yang menghitung," ujarnya, Rabu (19/9).