IHS ramal PDB Indonesia bisa menyamai negara maju



JAKARTA. Masih ada harapan Indonesia untuk tumbuh lebih baik. Lembaga riset internasional IHS memperkirakan Indonesia akan menjadi negara yang besar dalam kurun waktu dua tahun ke depan.

IHS menyebut ukuran ekonomi Indonesia pada 2017 akan mencapai US$ 1,14 triliun, lebih tinggi dari ekonomi Indonesia saat ini yang diukur dari PDB adalah US$ 870 miliar. Alhasil, PDB Indonesia akan sejajar dengan negara-negara tangguh seperti Jepang, China, India, Australia, dan Korea Selatan.

Dikutip dari CNBC, Kepala Ekonom Asia Pasifik IHS Rajiv Biswas mengatakan ekonomi Indonesia mempunyai kapasitas untuk tumbuh sebesar 5,4% selama 2016-2020. Dalam hal ini, ekonomi Indonesia masih akan kuat meskipun harga komoditas lesu dan ketatnya kebijakan moneter.


Bahkan pada tahun 2023, IHS meramal PDB Indonesia akan mencapai US$ 2,1 triliun, melebihi Australia yang saat ini US$ 1,52 triliun. Secara global, ekonomi Indonesia akan lebih besar dari Rusia, Spanyol dan Belanda pada 2023. "Yang akan jadi pendorong adalah konsumsi rumah tangga yang stabil, didorong oleh kelas menengah yang tumbuh dengan cepat," ujar Biswas, Rabu (23/4).

Menurut Biswas, Indonesia akan mempunyai suara yang lebih besar dalam institusi internasional dalam bidang politik dan ekonomi seperti G-20, International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia, dan United Nations. Peningkatan GDP Indonesia ini akan berdampak dalam percepatan kesempatan investasi dan pertumbuhan perdagangan bilateral di berbagai industri seperti sumber daya alam, manufaktur dan jasa.

Yang dibutuhkan Indonesia untuk mencapai hal tersebut adalah memperbaiki tantangan dalam pengembangan ekonomi seperti meningkatkan iklim bisnis dan menciptakan kesempatan kerja dalam jumlah besar. Demografi kaum muda Indonesia yang mencapai sekitar 2,4 juta orang harus diberikan pekerjaan.

"Prioritas utama Indonesia adalah mendiversifikasi ekspornya ke arah manufaktur, yang akan menciptakan pertumbuhan lapangan kerja yang signifikan," terang Biswas. Indonesia tidak bisa lagi bergantung pada ekspor komoditi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia