IHSG All Time High, Cermati Bluechip & Big Cap yang Masih Laggard



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melaju dan menembus level tertinggi baru (all time high) pada posisi 7.764,78 pada Selasa (10/9). Saat IHSG melompat, performa sederet saham masih tertinggal (laggard).

Sebagian penghuni top 10 saham laggard saat ini merupakan saham berkategori bluechip dan memiliki kapitalisasi pasar besar (big cap). Berdasarkan akumulasi sejak awal tahun 2024 (year to date), posisi top 10 saham laggard masih tak banyak berubah.

Berbeda dari top 10 saham leaders yang mengalami rotasi lebih dinamis, sejak akhir perdagangan semester I-2024 hingga saat ini, hanya dua saham yang berganti di top 10 laggard. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) berhasil keluar, digantikan oleh PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).


Sedangkan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) masih belum bisa lepas dari barisan top 10 laggard.

Founder Stocknow.id, Hendra Wardana mengamati, saham-saham laggard seringkali mengalami stagnasi dalam tren kenaikan IHSG. Penyebab laju saham yang masih tertinggal biasanya datang dari faktor fundamental atau sentimen pasar.

Baca Juga: Intip Prospek dan Rekomendasi Saham Leader dan Laggard untuk Semester II-2024

Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi menyoroti penghuni top 10 saham laggard didominasi oleh emiten berkategori cyclicals dan yang sensitif terhadap perubahan makro-ekonomi. Kinerja beberapa emiten tak sesuai ekspektasi, sehingga memicu capital outflow atau net sell investor asing.

Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project, William Hartanto menambahkan, penyebab laggard juga bisa karena secara teknikal saham tersebut belum menemukan momentum yang bisa mendorong minat pelaku pasar. Indikasi dari momentum itu adalah akumulasi beli yang dilakukan secara konsisten dan signifikan.

"Ada sentimen tertentu atau aksi beli yang terakumulasi selama beberapa periode, kemudian mulai terjadi breakout sehingga secara teknikal akan terlihat bahwa momentumnya sudah datang," kata William kepada Kontan.co.id, Selasa (10/9).

Faktor ini bisa membuat saham dari grup yang sama punya nasib berbeda. Contohnya pada saham milik taipan Prajogo Pangestu, yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) yang ada di puncak saham leaders

Baca Juga: Cermati Prospek dan Rekomendasi Saham Leader dan Laggard di Paruh Kedua 2024

Berbeda nasib dengan BRPT dan CUAN yang awet di jajaran laggard. "(Pergerakan saham dalam satu grup) nggak selalu sejalan. Apalagi jika sudah terlihat ada tekanan jual," imbuh William.

Strategi untuk saham yang masih laggard, William menyarankan selektif memilih yang sedang dalam tren naik, atau masih sideways namun punya potensi menanjak. William pun menjagokan saham BBRI, TLKM dan BRPT yang punya potensi membaik.

Sedangkan Hendra melihat peluang dari saham laggard yang secara valuasi sudah murah. Tapi punya fundamental apik dan prospek bisnis yang menarik. Hendra menjagokan saham ASII, SMGR dan TLKM, dengan target harga masing-masing di Rp 5.600, Rp 4.450 dan Rp 3.600.

Sementara Audi menyematkan rekomendasi buy pada saham BBRI, TLKM, dan ASII untuk target harga di Rp 5.700, Rp 3.750 dan Rp 5.500. Kemudian hold SMGR dengan target harga di Rp 4.800 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih