IHSG anjlok 1,82%, ini sentimen pemberatnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi dalam pada perdagangan, Senin (16/9). Indeks ditutup turun 1,82% ke level 6.219,43.

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai kondisi pasar seharusnya cukup positif mengingat lusa bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter negara Paman Sam. Beberapa analis dan ekonom memprediksi The Fed masih akan menurunkan suku bunga.

Kendati begitu, IHSG tetap terseret turun. Terutama karena serangan drone pada fasilitas minyak Aramco di Arab.


“Fasilitas itu memasok 50% kebutuhan global, sehingga akan mengganggu,” jelas Hans kepada Kontan, Senin (16/9).

Baca Juga: Saham GGRM anjlok 20%, IHSG melorot 1,82% ke 6.219 di akhir perdagangan hari ini

Hal tersebut membuat harga minyak naik dan bisa menyebabkan kondisi neraca dagang Indonesia memburuk. Apalagi neraca migas per Agustus 2019 masih defisit US$ 755,1 juta. Kenaikan harga minyak tentu akan membuat impor migas membengkak.

Selain itu, dari dalam negeri, kinerja neraca dagang Agustus 2019 juga kurang baik karena ekspor mengalami tekanan. Meski Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang surplus US$ 85,1 juta.

Kinerja ekspor tercatat US$14,28 miliar, turun 7,6% dibandingkan dengan Juli 2019. Sementara itu, impor Agustus 2019 tercatat sebesar US$14,20 miliar atau turun 8,53% dibandingkan dengan Juli 2019. “Tidak sesuai ekspektasi, ini memberatkan IHSG,” imbuhnya.

Baca Juga: Sore ini, harga emas spot masih bertahan di US$ 1.502,65 per ons troi

Selain itu, kenaikan cukai rokok 23% pada tahun depan ikut membuat emiten rokok ikut tertekan. Ini juga menjadi pemberat IHSG.

Kendati begitu, pasar Selasa (17/9) diprediksi akan rebound setelah penurunan yang cukup dalam. Apalagi kasus minyak Aramco ditengarai dilakukan oleh kelompok rusuh, bukan seperti yang dituduhkan AS terhadap Iran.

Hans memprediksi besok IHSG bergerak support 6.193 terendah di level 6.161 dan resistance di level 6.266, tertinggi di level 6.305. Untuk itu Hans menyarankan investor untuk buy on weakness.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto