KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks harga saham gabungan (IHSG) menutup pekan di zona merah. IHSG terjun 1,16% ke posisi 6.383,07 pada penutupan Jumat (8/3). Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menyebut, hari ini, IHSG dibayangi oleh pelemahan nilai tukar rupiah yang sempat menguji level 14.300 pada siang tadi. Kata Valdy, pelemahan nilai tukar rupiah sejalan dengan penguatan dollar AS terhadap mayoritas mata uang lainnya.
"Salah satu pemicunya adalah keputusan ECB untuk mempertahankan stimulus ekonomi dan suku bunga rendah. Hal ini membangun kekhawatiran investor terhadap potensi (pemulihan/percepatan) pertumbuhan ekonomi di kawasan Eropa," jelas Valdy kepada Kontan.co.id, Jumat (8/3). Sedangkan dari dalam negeri, sentimennya relatif positif, salah satunya adalah soal rilis kenaikan cadangan devisa sebesar US$ 3,2 miliar pada Februari 2019. Sementara, analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menjelaskan anjloknya IHSG seiring pelemahan rupiah lebih disebabkan oleh faktor eksternal. "Situasi perkembangan ekonomi Uni Eropa yang sangat melambat serta menurunnya kinerja data neraca perdagangan China mempengaruhi kekhawatiran bagi para pelaku pasar," ujar Nafan kepada Kontan.co.id, Jumat (8/3). Valdy memprediksi IHSG akan mengalami
technical rebound pada Senin, di kisaran 6.400-6.440. Valdy menambahkan, sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan IHSG pada Senin (11/3) kurang lebih masih sama dengan sentimen hari ini. "Dari eksternal ada tambahan antisipasi pertemuan dagang AS-China. Sementara dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan berlanjutnya rilis laporan keuangan emiten," imbuhnya.
Berbeda, Nafan memprediksi IHSG berpotensi melanjutkan pelemahan di kisaran 6.341,86 - 6.462,81 pada Senin (11/3). Nafan menyoroti akan ada perilisan data inflasi China pada Sabtu serta pidato Powell yang akan memberikan pengaruh pada pasar pada hari Senin. "Memang kita akui sentimen dari perlambatan pertumbuhan ekonomi global akan membuat para pelaku pasar lebih cenderung bersikap
wait and see. Sementara itu dari domestik terlihat bahwa sentimen positif masih minim," pungkas Nafan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi