JAKARTA. Gejolak inflasi secara umum sudah mulai mereda. Namun, di luar dugaan, Bank Indonesia (BI) justru menaikkan suku bunga acuan (BI rate) sebanyak 25 basis poin menjadi 7,5%. Hal ini tentunya membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kian tertekan. "Soalnya, menaikkan BI rate justru memperlihatkan tekanan rupiah dan kondisi makro Indonesia yang belum kondusif," imbuh Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities, (12/11). Namun, bagi Adhe Mustofa, analis Asjaya Indosurya Securities bilang, kenaikan BI rate ditujukan untuk mengendalikan risiko inflasi yang lebih besar, stabilitas nilai tukar, yang berujung pada pengurangan defisit neraca berjalan.
IHSG babak belur jika defisit tak tertanggulangi
JAKARTA. Gejolak inflasi secara umum sudah mulai mereda. Namun, di luar dugaan, Bank Indonesia (BI) justru menaikkan suku bunga acuan (BI rate) sebanyak 25 basis poin menjadi 7,5%. Hal ini tentunya membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kian tertekan. "Soalnya, menaikkan BI rate justru memperlihatkan tekanan rupiah dan kondisi makro Indonesia yang belum kondusif," imbuh Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities, (12/11). Namun, bagi Adhe Mustofa, analis Asjaya Indosurya Securities bilang, kenaikan BI rate ditujukan untuk mengendalikan risiko inflasi yang lebih besar, stabilitas nilai tukar, yang berujung pada pengurangan defisit neraca berjalan.