IHSG berbalik arah, terkoreksi 0,53% pada sesi I perdagangan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah pada perdagangan sesi I, Senin (12/8). Mengutip RTI, indeks terkoreksi 0,53% 33,328 poin ke level 6.248,804.

Tercatat 240 saham turun, 130 saham naik, dan 132 saham stagnan. Total volume 11,6 miliar saham dengan nilai transaksi capai Rp 3,81 triliun.

Delapan dari 10 indeks sektoral memerah. Sektor pertambangan paling dalam penurunannya 1,18%. Sedangkan dua sektor yang menghijau yakni aneka industri 0,27% dan infrastruktur 0,03%.


Saham-saham top losers LQ45 antara lain;

- PT United Tractors Tbk (UNTR, anggota indeks Kompas100 ini) turun 3,99% ke Rp 22.250

- PT Ciputra Development Tbk (CTRA, anggota indeks Kompas100 ini) turun 3,27% ke Rp 1.185

- PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA, anggota indeks Kompas100 ini) turun 3,03% ke Rp 2.240

Saham-saham top gainers LQ45 antara lain;

- PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA, anggota indeks Kompas100 ini) naik 4,44% ke Rp 2.000

- PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR, anggota indeks Kompas100 ini) naik 0,87% ke Rp 5.775

- PT AKR Corporindo Tbk (AKRA, anggota indeks Kompas100 ini) naik 0,78% ke Rp 3.860

Di pasar reguler, tercatat net sell asing Rp 38,424 miliar. Tapi keseluruhan market tercatat net buy asing Rp 74,303 miliar.

Penurunan IHSG berlawan dengan pasar Asia. Mengutip Reuters, indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang mengabaikan penurunan awal untuk menambah kenaikan 0,02%.

Indeks dibantu oleh saham China, yang menguat dari penurunan pekan kemarin. Saham blue-chip naik 0,96%, dengan broker terdaftar didorong oleh pengumuman Jumat malam dari regulator sekuritas China

Lebih lanjut sentimen lainnya datang dari People's Bank of China (PBOC) yang menetapkan titik tengah hariannya untuk perdagangan yuan pada 7,0211 per dolar. Itu lebih lemah dari pengaturan hari Jumat tetapi lebih kuat dari ekspektasi pasar.

Ryan Felsman, ekonom senior di CommSec di Sydney, mengatakan ada "reaksi positif" terhadap penetapan hari Senin, termasuk kenaikan dalam dolar Australia, karena meyakinkan investor bahwa China tidak akan terus melemahkan yuan.

Pada saat yang sama, ketidakpastian tentang bagaimana konflik perdagangan AS-China akan diselesaikan berkontribusi terhadap volatilitas pasar, kata Felsman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto