IHSG berharap santa claus rally



JAKARTA. Tahun 2012 tinggal menghitung hari. Menjelang tutup tahun, perdagangan bursa diprediksi bakal lebih aktif. Para analis pun yakin Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mencetak rekor tertinggi baru.

Akhir pekan lalu, IHSG ditutup melemah 0,26% di 4.308,86 dibanding hari sebelumnya. Sejak akhir November, IHSG menguat 0,76% dari 4.276,14.

Ada beberapa sebab IHSG bakal terangkat di sisa senja 2012. Pertama, siklus pergerakan IHSG menjelang akhir tahun. Janson Nasrial, analis AM Capital bilang, selama 10 tahun, IHSG di Desember selalu meningkat. Karena alasan itu, ia yakin IHSG dalam dua pekan terakhir bisa mencetak rekor baru.


Head of Research KSK Financial Group, David Cornelis memproyeksi, IHSG akan melaju ke 4.400. "IHSG saat ini sudah fairly valued di 4.300. Target ke 4.400 adalah wajar untuk saat ini mengingat belum terlihat window dressing," ujar dia, kemarin. Ia menebak, IHSG di Desember biasanya tumbuh 2% - 12% dari akhir November.

Sedangkan, Janson meramal, IHSG akan tumbuh 4%- 5% di bulan ini. Janson dan Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities memperkirakan IHSG bisa ke 4.400.

Faktor pendukung kedua, adanya window dressing yang dilakukan di beberapa saham berkapitalisasi besar. Kata David, aksi window dressing dilakukan karena kinerja sejumlah manajer investasi masih di bawah hasil. Selain itu, kenaikan IHSG belakangan ini masih rendah sehingga masih ada potensi peningkatan lebih lanjut.

Menurut David, aksi window dressing tahun ini tergolong terlambat. "Biasanya para manajer investasi sudah mulai menghias buku tahunan mulai pekan kedua Desember," ujar dia. Jika tidak kunjung ada window dressing maka, IHSG hanya bisa berharap dari santa claus rally alias kenaikan saham di minggu terakhir Desember.

Faktor ketiga, kemungkinan asing membeli saham di Indonesia. Janson memprediksi, dana asing senilai US$ 1,7 miliar - US$ 1,8 miliar akan masuk ke bursa sampai akhir Desember ini.

Toh, Felix Sindhunata, Kepala Riset Henan Putihrai Securities mengingatkan, pola pergerakan bursa cenderung tidak jelas karena pasar masih diselimuti sentimen dari global. Contohnya, penyelesaian jurang fiskal Amerika Serikat (AS). "Kalau tidak ada kesepakatan sampai akhir tahun, market juga akan negatif sampai akhir tahun," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana