KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sempat berada di zona merah, laju Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) menguat pada akhir perdagangan Selasa (31/8). IHSG naik tipis 0,09% ke level 6.150,30. Berdasarkan RTI, total volume transaksi bursa mencapai 23,36 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 12,83 triliun. Ada sebanyak 271 saham naik, 243 saham melemah, dan 132 saham diam di tempat. Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana memandang, pergerakan IHSG pada hari ini masih sejalan dengan laju bursa regional. Menurut dia, secara teknikal IHSG masih berpeluang untuk menguat. Terlebih pada perdagangan Senin (30/9), IHSG menembus
resistance di 6.138.
Baca Juga: Rupiah diperkirakan masih akan menguat di perdagangan Rabu (1/9) Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan, kenaikan IHSG salah satunya didorong oleh derasnya dana asing yang masuk ke pasar saham domestik. Investor asing mencatatkan beli bersih di seluruh pasar sebesar Rp 545,45 miliar. “Selain itu, pergerakan IHSG juga dipengaruhi oleh optimisme yang berlanjut dari sentimen simposium Jackson Hole,” kata Hendriko kepada Kontan.co.id, Selasa (31/8). Selanjutnya, Hendriko menilai rilis data inflasi dan PMI Indonesia bakal turut mewarnai pergerakan IHSG pada perdagangan Rabu (1/9). Dia meramal IHSG akan bergerak
mixed cenderung menguat dengan
support pada 6.113 dan
resistance di level 6.205.
Baca Juga: Rupiah mencapai level terkuat sejak Juni 2021 Herditya memprediksi pergerakan IHSG cenderung
sideways dengan
support 6.021 dan
resistance di 6.179 sembari menanti rilis inflasi pada Rabu (1/9). Sementara itu, Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan memproyeksikan IHSG akan bergerak dalam rentang 6.130-6.175 dengan kecenderungan menguat pada perdagangan Rabu (1/9). Secara teknikal, Valdy menuturkan, potensi penguatan tersebut ditunjukan oleh terbentuknya pola
dragonfly doji, serta pelebaran
slope pada MACD dan Stochastic RSI pada perdagangan Selasa (31/8). Valdy menambahkan, saham-saham barang baku dan energi seperti
ANTM,
KRAS,
ITMG, dan
TINS berpotensi melanjutkan penguatan atau
technical rebound pada perdagangan Rabu (1/9). Salah satu katalis positif berasal dari realisasi data China NBS Manufacturing PMI sebesar 50.1 di Agustus 2021, di atas batas ekspansi 50.
Baca Juga: IHSG naik tipis ke 6.150 pada perdagangan terakhir bulan Agustus Selain itu, Japan Industrial Production Preliminary tercatat turun 1.5% mom di Juli 2021. Meski turun, sambung Valdy, realisasi tersebut lebih baik dari perkiraan yaitu -2,5% mom. Selanjutnya, indeks manufaktur di AS diperkirakan turun di Agustus 2021, namun masih berada di atas batas ekspansi 50. Oleh sebab itu, permintaan terhadap komoditas energi dan barang baku diperkirakan masih tinggi. Sementara dari dalam negeri, Valdy melihat pelaku pasar mengantisipasi rilis data indeks manufaktur Indonesia yang diperkirakan membaik di Agustus 2021, dibandingkan realisasi Juli 2021.
“Data lain yang dicermati adalah inflasi Agustus 2021 yang diperkirakan naik ke 1,6% yoy, dari 1,52% yoy di Juli 2021. Hal ini salah satunya didasari oleh pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat di bulan Agustus 2021,” ungkap Valdy dalam riset yang diterima Kontan.co.id, Selasa (31/8). Oleh kerana itu, Valdy bilang, saham-saham yang berkaitan dengan mobilitas masyarakat, seperti
BSDE,
PWON,
ASII, dan
MAPI juga dapat diperhatikan pada perdagangan Rabu (1/9). Respons positif pelaku pasar terhadap pidato Kepala the Fed, Jerome Powell terindikasi masih berlanjut, sehingga berpotensi mendorong penguatan saham-saham bank, seperti
BBCA,
BMRI,
BBRI, dan
BTPS di Rabu (1/9).
Baca Juga: Harga pelaksanaan rights issue Bank BRI (BBRI) dipatok Rp 3.400 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati