IHSG berpeluang melemah pada perdagangan Senin (30/9)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 33,45 poin atau turun 0,54% ke level 6.196,89 pada Jumat (27/9). Sektor industri properti, infrastruktur, industri dasar, pertambangan, aneka industri, serta agrikultur menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG sepekan lalu. Investor asing mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 338,6 miliar pada perdagangan Jumat.

Pilarmas Investindo Sekuritas memproyeksikan IHSG bergerak akan melemah terbatas dan dapat diperdagangkan pada level 6.140-6.200 pada hari ini, Senin (30/9).

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai ada tiga sentimen utama yang akan menyebabkan IHSG turun. Pertama, Gedung Putih mulai mempertimbangkan cara untuk membatasi investasi Amerika Serikat (AS) di China, salah satunya dengan men-delisting saham-saham China dari Bursa Amerika.


Baca Juga: Perang dagang dengan AS, China ingin resolusi yang tenang dan rasional

Atas berita itu, Indeks Amerika mengalami pelemahan yang diikuti bursa Asia. Nico menilai penendangan saham China dari Bursa AS bisa menjadi badai dan mungkin akan menerpa kondisi pasar keuangan global ke depan. Walaupun masih wacana, namun jika benar-benar terjadi, dampaknya akan cukup terasa. Terlebih lagi, wacana tersebut muncul sebelum pertemuan AS-China yang direncanakan berlangsung pada tanggal 10 Oktober mendatang.

Terbukti dari saham-saham seperti Alibaba, Baidu, dan JD.com yang mengalami penurunan signifikan kemarin. Pilarmas memperkirakan jika wacana ini terjadi impact dari pelaku pasar akan tinggi dengan respon negatif.

Kedua, AS berpotensi memenangkan perselisihan dalam forum World Trade Organization (WTO) perihal dugaan subsidi Airbus yang dilakukan oleh Eropa. Apabila AS berhasil memenangkan perselisihan tersebut, maka hal ini dapat mendorong Amerika untuk mengenakan tarif miliaran dollar bagi barang Eropa.

Nico menilai hal tersebut berpotensi memicu perang dagang yang baru. AS mengatakan akan memberikan tarif hingga 100% pada ekspor Eropa ke Amerika dengan nilai perdagangan tahunan sekitar US$11,2 miliar per tahun. Menurut Nico, kebijakan itu nantinya membuat ketidakpastian bertambah besar di pasar keuangan. Di sisi lain, tingginya ketidakpastian akan membuat volatilitas bertambah dan akan mendorong pasar keuangan untuk bermain aman. Dampakdari sentimen ini juga tinggi dengan respon pasar diperkirakan negatif.

Baca Juga: Inflow dana asing ke Indonesia masih deras, terutama ke obligasi

Ketiga adalah kenaikan harga emas di tengah ketegangan geopolitik. Ketidakpastian pasar uang global sejak adanya perang dagang memberikan tekanan pada pasar saham dan obligasi pemerintah.

Penurunan tersebut memberikan dampak peralihan investasi ke instrumen safe haven guna menjaga performa investasi. Hal tersebut memberikan dampak langsung pada kenaikan harga emas sejak nilai terendahnya pada bulan Agustus 2018. Sementara pergerakan harga emas terus menguat seiring dengan ketidakpastian yang terjadi dan berbarengan dengan menguatnya dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati