IHSG berpeluang menguat hari ini, berikut katalis positif bagi indeks saham



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada perdagangan Rabu (27/5), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,32% menjadi 4.641. Sektor industri dasar, perdagangan, keuangan bergerak positif dan menjadi kontributor terbesar pada kenaikan IHSG kemarin. Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar Rp 274 miliar.

Direktur Riset dan Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus memprediksi, IHSG memiliki peluang bergerak menguat dan ditradingkan pada level 4.582-4.702.  Sentimen yang akan mempengaruhi berasal dari Eropa dan Jepang.

Komisi Eropa akan segera mengungkapkan paket stimulus terbaru yang diharapkan dapat menopang perekonomian Eropa. Presiden Komisi Eropa Ursula Von Der Loyen akan mempresentasikan stimulus yang didasarkan pada rencana Prancis dan Jerman. Pilarmas Investindo Sekuritas memprediksi rencana stimulus tersebut berhubungan dengan pembelian obligasi pemerintah sehingga nilai risiko menjadi lebih rendah dan akan mendorong tingkat kepercayaan investor untuk memberikan pinjaman.


"Kami menilai stimulus dalam bentuk pinjaman jangka panjang akan menjadi sesuatu yang menarik, karena dana tersebut akan digunakan dari, oleh, dan untuk Eropa. Oleh sebab itu, hal tersebut akan menjadi tolok ukur dan reformasi perekonomian Eropa ke depannya," tulis Nico dalam riset, Kamis (28/5).

Baca Juga: Ini rekomendasi HMSP, UNVR, ICBP yang jadi saham konsumsi berkapitalisasi terbesar

Sebagai informasi, sebelumnya Bank Sentral Eropa telah membeli obligasi pemerintah dan telah meningkatkan dalam pemberian pinjaman. Paket bantuan senilai € 540 miliar telah membantu untuk menangani dampak yang dihasilkan oleh wabah virus corona. Stimulus ini akan membantu terkait dengan tingkat pengangguran serta mendorong aktivitas bisnis agar ekonomi dapat berjalan kembali.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah menggandakan langkah stimulus yang akan dikeluarkan oleh Jepang untuk menjaga bisnis dan ekonomi agar tetap bertahan di tengah wabah virus corona. Kabinet telah menyetujui stimulus tambahan sebesar ¥ 117 triliun atau US$ 1,1 triliun untuk perusahaan yang sedang mengalami kesulitan, subsidi perusahaan untuk membayar sewa dan beberapa triliun yen untuk perawatan kesehatan serta dukungan ekonomi usaha lokal.

Paket stimulus tersebut akan didanai oleh anggaran tambahan kedua yang memecahkan rekor dalam hal pemberian stimulus. Paket ekonomi yang kedua ini juga akan meningkatkan pinjaman dan investasi yang didukung oleh pemerintah sebesar ¥ 39 triliun, sehingga mendorong rekor pemberian stimulus sebesar ¥ 62,8 triliun pada tahun berjalan.

Baca Juga: Dua hari auto rejection bawah, ICBP masih jadi saham dengan kapitalisasi jumbo

Sebelumnya Jepang telah masuk ke dalam resesi yang cukup dalam, sehingga hal tersebut telah menurunkan dukungan untuk Kabinet Shinzo Abe ke level yang terendah dalam hal penanganan wabah di Jepang. Hal ini yang membuat Abe pada akhirnya memberikan langkah langkah stimulus dengan memberikan persentase hampir 40% dari GDP Jepang.

Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda juga mengatakan akan membeli lebih banyak obligasi pemerintah apabila kurva imbal hasil obligasi perlu diturunkan kembali. Jepang juga akan meningkatkan penerbitan utang sebesar ¥ 59,5 triliun untuk mendanai tambahan anggaran kedua dan pinjaman lainnya serta investasi dalam paket stimulus yang baru.

Dus, total penerbitan obligasi tahun ini menjadi ¥ 212 triliun. Pengeluaran surat utang tersebut akan membuat rasio utang Jepang mengalami kenaikan hingga 56,3%. Saat ini Jepang sudah memiliki beban utang yang cukup besar di dunia, sudah memasuki dua kali ukuran ekonominya.

Baca Juga: IHSG berpotensi menguat, simak rekomendasi saham dari dua analis berikut

Namun, di tengah situasi dan kondisi saat ini, Kepala Keuangan Aso mengatakan bahwa sudah bukan lagi saatnya untuk memikirkan kekhawatiran mengenai reformasi fiskal. Saat ini fokus utamanya adalah pertumbuhan ekonomi untuk Jepang terlebih dahulu.

"Sejauh ini kami setuju bahwa stabilitas jangka pendek merupakan salah satu hal yang terpenting untuk menjaga ekspektasi di masa depan, karena tidak akan ada masa depan kalau tidak ada saat ini. Hal ini juga yang dilakukan oleh Eropa untuk menjaga stabilitas perekonomian dalam jangka waktu pendek," jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati