JAKARTA. Tahun ini, prediksi para pengamat pasar modal meleset. Di awal tahun, para pengamat memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bakal ditutup di atas 4.500. Bahkan ada analis yang berani mematok angka penutupan IHSG di 5.000. Nyatanya, hingga sehari menjelang penutupan perdagangan bursa di 2011, indeks saham Indonesia masih terseok-seok berusaha menembus level 3.800. Kemarin (29/12), IHSG akhirnya bisa ditutup di posisi 3.808,77. "Pergerakan IHSG tahun ini boleh dikatakan mendatar alias flat," kata Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia. Sejatinya, kinerja IHSG di awal tahun tidak terlalu buruk. Indeks saham Indonesia ini sempat mencapai 4.193,44 (1/8). Namun, gara-gara sentimen krisis utang Eropa, saham Indonesia anjlok dalam. IHSG sempat jatuh ke level terendah di 3.269,45 (4/10).
Kini, analis pesimistis IHSG bakal mencapai level 4.000. Satrio memperkirakan IHSG hanya bisa mencatat kenaikan 3%-5% tahun ini, dari posisi di akhir 2010, yakni 3.703,51. Sampai kemarin, IHSG sudah naik 2,84% dari posisi di akhir tahun lalu. Analis menilai lesunya pergerakan saham di 2011 ini akan berlanjut ke 2012. Sentimen negatif dari daratan Eropa masih akan memberi tekanan kuat pada IHSG. Pasalnya, pasar belum melihat ada penyelesaian nyata dari krisis utang di Eropa. Meski begitu, para pelaku pasar yakin pasar saham Indonesia masih bisa bertumbuh. ""Kondisi pasar global memang memburuk, tapi kondisi Indonesia secara umum tetap baik," ujar Ito Warsito, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain itu, fundamental ekonomi Indonesia juga tetap stabil. "Sumber pertumbuhan ekonomi di 2012 akan tetap didorong permintaan domestik, yaitu konsumsi swasta dan investasi," papar Leo Putera Rinaldy, Ekonom Mandiri Sekuritas.