KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terseret jatuh kembali ke bawah 7.000, tepatnya di posisi 6.983,86. Level pembuka di pekan pendek Natal 2024 ini didapat usai IHSG ambles sedalam -4,65% pada pekan lalu. Dalam tujuh perdagangan terakhir, IHSG hanya sekali ditutup menguat. Itu pun dengan kenaikan tipis 0,09% pada Jumat (20/12). Di sisi lain, pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan memasuki pekan pendek dengan libur dan cuti bersama Hari Raya Natal pada Rabu (25/12) dan Kamis (26/12).
Baca Juga: Bursa Saham Asia Bangkit Senin (23/12), Didukung Inflasi AS yang Jinak Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan mengamati tekanan pada IHSG terjadi karena hantaman sentimen negatif dari dalam maupun luar negeri. Dari dalam negeri, sentimen yang paling menjadi sorotan publik adalah kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% mulai 1 Januari 2025. Sedangkan dari eksternal, sentimen yang signifikan adalah arah suku bunga pada tahun 2025, terutama dari The Fed. Bank sentral Amerika Serikat (AS) tersebut memangkas ekspektasi penurunan suku bunga dari semula tiga hingga empat kali menjadi hanya dua kali saja. Oktavianus Audi selaku Vice President Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia punya pandangan serupa. Dia melihat menjelang tutup tahun 2024, arah kebijakan bank sentral terkait suku bunga acuan menjadi sentimen yang mendominasi pasar saham. Pasca Federal Open Market Committee (FOMC) pekan lalu, diproyeksikan hanya akan terjadi dua kali pemangkasan suku bunga atau sebesar 50 basis points pada tahun 2025. Di samping arah suku bunga acuan, pelaku pasar juga akan mencermati perkembangan tingkat inflasi dan realisasi kebijakan dari Presiden AS, Donald Trump.
Baca Juga: Laju IHSG Hari Ini Diproyeksi Berpotensi Menguat Terbatas Di tengah sentimen tersebut, arus dana keluar dari investor asing (
capital outflow) masih mengalir deras dari pasar saham Indonesia. Sepanjang pekan lalu, terjadi aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 4,08 triliun di seluruh pasar. Melonjak dari posisi net sell Rp 2,70 triliun pada pekan sebelumnya. Situasi ini pun menghambat datangnya window dressing di akhir tahun 2024. "Dengan melihat sentimen yang masih cenderung menekan pasar sehingga capital outflow masih cukup deras, maka potensi terjadinya window dressing akan cukup berat," kata Audi kepada Kontan.co.id, Minggu (22/12). Sekalipun terjadi window dressing, Audi menaksir dampak untuk mengangkat IHSG di sisa tahun ini tidak signifikan. Dengan asumsi rata-rata return IHSG dalam 10 tahun terakhir dan melihat posisi terakhir pada perdagangan Jumat (20/12), maka potensi penguatan IHSG hanya di bawah atau sekitar 1%. Ekky punya pandangan serupa, dengan memproyeksikan IHSG berpeluang naik ke level 7.100 - 7.200 di sisa tahun ini. Skenario paling optimistis IHSG bisa mencapai 7.500 seandainya pasar kembali bangkit secara cepat. "Cukup berat bagi pasar untuk menguat setinggi itu di tengah likuiditas yang biasanya menurun saat musim libur. Perbandingan IHSG juga merupakan salah satu indikator ada atau tidaknya
window dressing," terang Ekky.
Baca Juga: Awal Pekan Pendek di Periode Natal, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini Trading Plan & Rekomendasi Saham Meski begitu, peluang bagi pelaku pasar untuk mendulang cuan masih terbuka di sisa tahun 2024. Ada potensi untuk memanfaatkan momentum technical rebound usai IHSG terjun secara signifikan. Ekky memprediksi, IHSG akan bergerak pada rentang support 6.800 dan resistance 7.200 pada pekan pendek libur natal ini. Ekky melihat ada indikasi jenuh jual. Hal ini juga terefleksi pada posisi nilai tukar rupiah yang menunjukkan tanda penguatan. "Peluang
rebound masih sangat terbuka, dengan mulai tren pelemahan yang tertahan. IHSG berpeluang technical rebound dengan target menutup gap 7.100," ungkap Ekky.
Editor: Yudho Winarto