KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi masih akan dihadang oleh tekanan jual, tapi ada peluang untuk mengalami rebound pada Senin (17/10). Adapun IHSG ditutup melemah 0,96% ke 6.814,53 pada Jumat (14/10). Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan memprediksikan jika IHSG mampu bertahan di atas level 6.800, maka akan potensi untuk indeks komposit ini mengalami technical rebound. Dia menjelaskan tekanan pada IHSG dipicu oleh ekspektasi pasar bahwa The Fed cenderung meningkatkan agresivitas kenaikan suku bunga acuan setelah realisasi inflasi di September 2022 lebih tinggi dari perkiraan.
Untuk mengimbangi agresivitas The Fed, bank-bank sentral lain, tidak terkecuali Bank Indonesia (BI) diperkirakan juga turut menaikkan suku bunga acuan. Hal ini dikhawatirkan berdampak pada kenaikan cost of fund. "Terutama pada saham-saham teknologi yang sebagian besar berada pada fase start up dan growth yang memerlukan pendanaan besar," jelas Valdy. Baca Juga: IHSG Tertekan, Saatnya Akumulasi Saham-Saham Penggerak IHSG Ini Secara teknikal, Analis Artha Sekuritas Dennies Christopher menjabarkan candlestick membentuk lower high dan lower low dengan stochastic pada area oversold mengindikasikan trend pelemahan dengan rentang yang terbatas. Menurutnya, investor akan mencermati beberapa rilis data ekonomi dari AS. Pasar saham Indonesia masih akan mendapat tekanan aksi jual atas pernyataan The Fed terkait kebijakan suku bunga. Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto memproyeksikan IHSG akan uji support di sekitar 6.740 dengan resistance di 6.940. Untuk beberapa waktu mendatang, investor bisa mencermati rilis laporan keuangan kuartal tiga. Dia menganalisis sepanjang tahun ini, sektor komoditas dan perbankan punya bakal pertumbuhan laba yang relatif kuat. Diharapkan ini bisa mendorong keyakinan investor dan dapat mengangkat IHSG. "Selain itu aksi korporasi beberapa grup juga cukup menarik untuk dicermati pergerakannya seperti grup Panin yang berpotensi lepas PNBN ke MUFG atau Sumitomo," tutur Pandhu.
MYOR Chart by TradingView