Jakarta. Perekonomian nasional dan pasar modal masih diselimuti ketidakpastian pada tahun ini. Namun, tetap ada saham-saham yang bakal moncer tahun ini. Apa saja? Menurut William Suryawijaya, Analis Saham Askap Indosurya sektor yang akan prospektif adalah perbankan, agribisnis,
consumer, properti dan infrastuktur. Di sektor perbankan akan ada pertumbuhan walaupun banyak agenda pembatasan keuntungan. Sedangkan untuk agribisnis semua harus dilihat dari segi cuaca. Tahun lalu ada badai El Nino dan La nina turut andil mempengaruhi sektor ini. Dan diperkirakan tahun ini badai La Nina terjadi lagi.
“Untuk
consumer tiap tahun pertumbuhannya bagus, tahun ini terutama ada di farmasi. Kenapa? Tingkat kesadaran kesehatan di masyarakat semakin tinggi,” ujar William. Di sektor properti, akan terdongkrak penurunan tingkat suku bunga acuan. Sedangkan infrastruktur terkait kebijakan pemerintah yang condong untuk terus mengejar infrastuktur bangunan. Sedangkan untuk sektor yang melambat ada di mining (tambang). Soalnya, harga batubara belum ada lonjakan yang begitu tajam walaupun ada kenaikan. Juga dengan harga minyak yang akan terus mempengaruhi harga batubara. Menurut Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri sektor di bidang konsumsi, infrastruktur, konstruksi dan bank akan bertumbuh dalam setahun ini. Hal ini dikarenakan BI Rate yang turun dan adanya belanja pemerintah di sektor tersebut. Untuk sektor yang melambat Hans mengatakan sector CPO dan tambang di luar negeri. Sebab harga komunitasnya diperkirakan belum akan naik banyak akibat pertambahan ekonomi dunia. IHSG Menuju Level 5000 Seminggu kemarin level Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penguatan sebesar 2.49% ke posisi 4.850,833 selama sepekan jika dibandingkan dengan posisi 4.733,149 di perdagangan pekan sebelumnya. Sepanjang 29 Februari 2016 – 4 Maret 2016, pemodal asing juga kembali mencatatkan beli bersih di pasar saham dengan nilai Rp 2.26 triliun. Menurut Hans Kwee, IHSG masih berpeluang menguat terbatas dengan katalis naiknya bursa Amerika Serikat akibat data tenaga naik. Selain itu harga minyak yang ikut naik juga mempengaruhi IHSG. Di dalam negeri ada data cadangan devisa yang kemungkinan akan lebih baik.
“Sepertinya akan ada koreksi dulu tapi Maret sampai April ini IHSG berpeluang ke 5.000-an. Koreksi di jangka pendek tapi sesudah itu naik,” ujarnya. Menurut William, ada potensi bahwa tahun IHSG menuju ke level 5.000. Faktor yang mempengaruhinya dari pertumbuhan perekonomian yang membaik, stabilnya nilai tukar rupiah, dan harga komoditas minyak. “Saya tidak bisa melihat akhir tahun berapa tapi paling tidak tahun ini dapat mencapai level tertinggi sebelumnya di level 5.524,” ujar William. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto