JAKARTA. Pelantikan presiden dan wakil presiden Joko Widodo (Jokowi) - Jusuf Kalla (JK) tinggal menghitung hari. Pemerintahan baru diharapkan melahirkan kebijakan baru yang bisa menyejahterakan rakyat. Namun, bukan hanya itu yang dinanti oleh para pelaku pasar. Riak-riak yang muncul di tataran legislatif yang berpotensi menjegal kebijakan pemerintahan Jokowi-JK. Hali ini menyebabkan pasar gonjang-ganjing. Kemudian, timbul pertanyaan, apakah masa kepemimpinan Jokowi-JK bisa bertahan hingga hingga 2019? Lukas Setia Atmaja, Center For Finance and Investment Research Prasetya Mulya Business School memperkirakan, jika periode pemerintahan Jokowi-JK langgeng, tidak ada penjegalan, IHSG diperkirakan bisa tembus level 10.000 pada 2019 mendatang.
"Kalau Jokowi-JK selamat dalam lima tahun, IHSG bisa naik rata-rata 15% per tahun, menyentuh 10.000 di 2019," ujarnya, Rabu (15/10). Lukas mencatat, pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) periode 2009-2014, rata-rata kenaikah IHSG sekitar 15,9% per tahun. Sedangkan, di periode sebelumnya, 2004-2009 mencapai 24,3%. Periode pertama kepemimpinan SBY ini merupakan kenaikan IHSG tertinggi sepanjang pemerintahan di Indonesia. Pada masa pemerintahan Megawati, IHSG menguat sekitar 19,6% per tahun. Terburuk, adalah para era kepemimpinan Abdurrahman Wahid atau yang akraba disapa Gus Dur, 1999-2001. IHSG mencatatkan rata-rata pelemahan hingga 11,9% per tahun. Selanjutnya, masa Bacharuddin Jusuf Habibie yang sangat singkat, 1998-1999 kenaikan IHSG sebesar 23,2%. Adapun, pada masa kepemimpinan era Soeharto sepanjang 1982-1998, IHSG melonjak sekitar 9,7% per tahun. Liza Lavina, Senior Vice President Intermediary Business Schroder Investment Management menambahkan, IHSG hingga September 2014 secara year-to-date (ytd) meningkat hingga 20,2%. Namun, adanya gonjang-ganjing yang mengindikasikan pemerintahan Jokowi-JK tidak akan bertahan lama, membuat investor keluar dari pasar. Alhasil, kenaikan IHSG bergerak hanya di kisaran 15,8%. "