KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) sudah memecahkan rekor terbarunya alias
All Time High (ATH), ternyata indeks unggulan investor di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih lesu bahkan minus. Ambil contoh, indeks LQ45 justru masih terkoreksi 2,10% secara
year to date (YtD) per Jumat (6/9). Padahal sepanjang tahun berjalan ini, IHSG sudah menguat 6,17% ke posisi 7.721,84. Tak hanya indeks LQ45, indeks unggulan BEI lainnya seperti IDX30 dan IDX80 juga masih tertekan. Per Jumat (6/9), indeks IDX30 sudah turun 2,87%, sementara indeks IDX80 melemah 0,08%.
Direktur Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan pergerakan indeks LQ45 tahun ini memang berat karena beberapa saham konstituennya dalam kondisi tertekan karena berbagai alasan.
Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG untuk Senin (9/9) Besok Seperti, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI) yang sudah terkoreksi 14,69% secara YtD. Tekanan juga datang dari melemahnya saham PT Astra International Tbk (
ASII) dan PT Telkom Indonesia Tbk (
TLKM). "Sementara saham yang performanya sedang baik seperti CPO dan infrastruktur justru tidak masuk dalam indeks LQ45," katanya kepada Kontan.co.id akhir pekan lalu. Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas menambahkan melemahnya indeks unggulan di bursa saham dalam negeri ini juga tak luput dari dinamika setiap sektornya. Beberapa saham dengan kapitalisasi besar belum bisa memberikan imbal hasil yang maksimal. Misalnya, saham-saham perbankan seperti PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) yang baru menguat 9,57% secara YtD.
Baca Juga: Ada Pemangkasan Suku Bunga, Bos OJK Optimistis IHSG Bisa Lanjut Bullish Kendati begitu, Nico menilai indeks unggulan di bursa saham dalam negeri berpotensi berbalik positif hingga tutup tahun ini. Mengingat ada beberapa katalis yang mendukung. "Seperti pemangkasan tingkat suku bunga, gelaran pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak dan potensi terjadinya
window dressing di akhir tahun," ucap dia. Di kala indeks unggulan masih tertekan, ternyata ada indeks yang berhasil menguat bahkan melampaui IHSG. Yakni, indeks IDX Value30 yang sudah melesat 10,85% secara YtD per Jumat (6/9). Kemudian disusul oleh indeks IDX Cyclical Economy 30 yang menguat 8,29% sepanjang tahun berjalan ini. Namun perlu diingat, indeks ini baru meluncur pada Juli 2024 sehingga belum genap tahun ada di BEI.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Melaju ke 7.800 hingga Akhir 2024, Didorong Pemangkasan Suku Bunga Head of Equity Trading MNC Sekuritas Frankie WP bilang meski sudah naik kencang, tetapi masih ada saham yang tergolong
undervalue sehingga indeks IDX Value30 masih berpotensi naik hingga tutup 2024. Adapun sentimen pendukungnya adalah
stance the Fed yang mulai
dovish. Ini menyebabkan investor institusi juga melakukan penyesuaian
stance menjadi lebih
risk on dengan membeli obligasi dan saham. "Ini mendorong pergerakan kurs rupiah yang membaik karena
inflow dari institusi yang sudah mulai kembali, yang dapat mendorong perbaikan kinerja emiten," jelas Frankie.
Baca Juga: Meski IPO Lesu, BEI Pertahankan Target Pencatatan Seluruh Instrumen Dari indeks IDX Value30, saham pilihan Frankie jatuh pada PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (
INKP) dengan target harga di Rp 12.000 dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (
INDF) dengan target di Rp 9.000.
Sementara itu, saham pilihan Nico untuk indeks LQ45 yang masih tertekan jatuh pada INDF dengan target Rp 7.900, ICBP Rp 13.600, AMRT Rp 3.450, ACES Rp 960, MAPI Rp 1.850 dan JMSR Rp 6.500. Saham pilihan Nico juga jatuh pada saham perbankan, yaitu BBCA dengan target harga di Rp 11.350, BBRI dengan target di Rp 5.700, BBNI di Rp 6.000, BMRI di Rp 7.650 dan BRIS di Rp 2.900. Edbert menilai dengan adanya peluang
window dressing di akhir tahun, BBRI dan ASII yang sedang tertekan bisa dicermati oleh investor. Dia memproyeksikan BBRI berpotensi melaju ke Rp 6.000 dan ASII ke Rp 5.600. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati