IHSG Cetak Rekor Tertinggi Baru, Simak Prediksi Support dan Resistance Terdekat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak dominan di zona hijau hingga sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa alias all-time high (ATH) di 7.403,57 pada perdagangan Jumat (5/1). Namun, IHSG terkoreksi di akhir perdagangan sehingga ditutup di level 7.350,62 atau turun 0,12% dari hari sebelumnya. 

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, kenaikan IHSG didorong oleh potensi penerapan kebijakan pivot The Fed yang diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya pada Maret 2024. Performa IHSG juga didukung oleh tingkat stabilitas politik dan keamanan dalam negeri yang sejauh ini masih sangat kondusif.

Apalagi, Indonesia tengah menantikan debat calon presiden kedua yang mengusung tema Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional dan Geopolitik. 


Baca Juga: Sepekan Naik 1,07%, IHSG Sempat Sentuh All Time High

"Kondisi menjelang Pemilihan Umum yang kondusif ini diharapkan berefek positif terhadap stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata Nafan saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (5/1). 

Head of Research Team PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Hardy menilai, secara teknikal, rally IHSG yang sudah berlangsung sejak awal November 2023 ini memerlukan konsolidasi yang sehat. Hal ini diperlukan untuk mempertahankan keuntungan jangka panjang lebih lanjut. 

Robertus tetap mempertahankan ekspektasi bahwa The Fed dan Bank Indonesia berpeluang untuk menurunkan suku bunga menjelang semester kedua tahun ini. Potensi penurunan suku bunga acuan ini didukung tingkat inflasi yang terkendali.

Oleh karena itu, Mirae Asset Sekuritas Indonesia mempertahankan target IHSG di level 8.100 untuk tahun 2024. Support terdekat berada di level 7.200 sedangkan resistance terdekat di 7.450.

Baca Juga: IHSG Sempat Menyentuh All Time High Hari Ini, Saham-Saham Berikut Bisa Dilirik

"Target IHSG kami menyiratkan rasio P/E 14x-15x dengan perkiraan pertumbuhan earning per share (EPS) sebesar 5%-6% year on year dari EPS T12M saat ini," tutur Robertus dalam risetnya, Jumat (5/1). 

Pemilihan sahamnya fokus pada beberapa sektor dan perusahaan yang diyakini memiliki neraca dan proyeksi kinerja operasional yang solid untuk menghadapi potensi hambatan sepanjang semester pertama tahun ini. Saham-saham andalannya terdiri dari sektor perbankan (BBCA, BBRI), konsumer non-siklikal (HOKI, AMRT), konsumer siklikal (ACES, MAPI), telekomunikasi (TLKM, ISAT), dan industri (ASII).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi