IHSG dibuka liar, cenderung negatif



JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka liar di dua zona pada transaksi perdagangan Kamis (9/6). Berdasarkan data RTI, pada pukul 09.13 WIB, indeks mencatatkan penurunan 0,09% menjadi 4.912,65.

Sebelumnya, indeks sempat naik tipis sebesar 0,02%.

Meski demikian, jumlah saham yang naik cukup banyak mencapai 116 saham. Sedangkan saham yang turun sebanyak 41 saham dan 66 saham lainnya diam di tempat.


Volume transaksi perdagangan pagi ini melibatkan 407,823 juta saham dengan nilai transaksi Rp 402,885 miliar.

Sementara itu, secara sektoral, enam sektor tampak melaju. Tiga sektor dengan kenaikan terbesar di antaranya: sektor industri lain-lain naik 0,66%, sektor pertambangan naik 0,57%, dan sektor industri dasar naik 0,34%.

Saham-saham indeks LQ 45 penghuni top losers pagi ini di antaranya: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 1,32% menjadi Rp 9.375, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) turun 1,05% menjadi Rp 16.525, dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) turun 1,03% menjadi Rp 1.435.

Sedangkan di jajaran top gainers indeks LQ 45 hari ini yaitu: PT Adhi Karya Tbk (ADHI) naik 4,25% menjadi Rp 2.700, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) naik 3,13% menjadi Rp 1.815, dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 1,49% menjadi Rp 680.

Bursa Jepang seret bursa Asia

Sedangkan bursa Asia tampak tak bersemangat pada awal pembukaan transaksi pagi ini (9/6). Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 09.07 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific turun 0,1% menjadi 132,19.

Sementara itu, indeks Topix Jepang turun 0,4%. Sedangkan indeks S&P/ASX 200 Australia dan S&P/NZX 50 Selandia Baru masing-masing naik 0,2%.

Penurunan bursa Asia dipicu aksi jual di bursa Jepang akibat menguatnya mata uang yen. Sentimen ini menekan bursa Asia kendati saham-saham energi melonjak seiring kenaikan harga minyak dunia ke US$ 51 per barel.

"Sebenarnya, kebijakan moneter masih tetap akomodatif secara global. Selain itu, ekspektasi kenaikan suku bunga AS juga semakin mereda. Hal ini seharusnya berdampak positif bagi market. Kendati demikian, ditundanya kenaikan suku bunga AS membuat yen perkasa, sehingga menjadi hambatan bagi Jepang," papar James Wood, analis Rivkin Securities di Sydney.

Saat ini, kebijakan bank sentral dunia masih menjadi pusat perhatian pelaku pasar. Bank sentral AS dan Jepang akan menggelar rapat rutinan pada pekan depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie