IHSG Dilandai Net Sell Asing, Ini Saham Pilihan untuk Akhir Tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih dibayangi aksi jual bersih alias net sell investor asing. Hari ini (10/10), asing mencatatkan net sell Rp 234,43 miliar.

Memang IHSG berhasil ditutup menguat 0,45% atau naik 40,73 poin ke level 6.922,18. Kenaikan itu utamanya ditopang oleh transaksi investor dalam negeri dengan net buy Rp 235 miliar.

Namun sepanjang tahun berjalan ini asing terpantau lebih banyak menjual ketimbang membeli. Per Selasa (10/10), net sell investor asing mencapai Rp 5,39 triliun.


Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menuturkan perginya hot money ini disebabkan sentimen negatif global.

Pertama, inflasi Amerika Serikat (AS) yang belum terkendali sepenuhnya. Kedua, potensi kenaikan tingkat suku bunga The Fed yang masih terbuka lebar.

Baca Juga: IHSG Bakal Mendapat Angin Segar dari Pemilu 2024

"Ini akan menyebabkan menyempitkan spread suku bunga antara The Fed dengan Bank Indonesia sehingga daya tarik berkurang," kata Nico kepada Kontan, Selasa (10/10).

Namun tak semuanya hot money itu pergi pasar saham. Nico mengatakan sebagian dana telah bermigrasi instrumen lain seperti obligasi yang memiliki imbal hasil lebih tinggi.

Hans Kwee, Pengamat Pasar Modal dan Akademisi Trisakti mencermati investor asing sedang berpindah ke obligasi karena saat ini imbal hasil surat utang itu sedang tinggi.

Seperti diketahui, imbal hasil obligasi pemerintah AS alias US Treasury mencapai level terus menanjak ke atas level 4,7% pada awal 2023. Ini merupakan level tertinggi sejak 2017.

"Kalau yield obligasi naik, saham jadi tidak terlalu menarik. Jadi investor asing bergerak ke obligasi," jelas Hans saat ditemui Kontan di Gedung Bursa Efek Indonesia.

Di sisi lain, pasar akan mendapatkan angin segar dari upaya pemerintah melakukan hilirisasi. Selain itu, pasar juga akan mendapat katalis dari gelaran pemilu serentak di 2024.

Baca Juga: IHSG Menguat Hari Ini, Begini Proyeksi dan Rekomendasi Saham untuk Esok Hari

Nico mengatakan kehadiran nama pasangan capres dan cawapres akan menjadi angin segar bagi pasar. Adapun pendaftaran paslon akan dibuka pada 19 Oktober 2023.

"Kalau ada pasangan capres dan cawapres yang disenangi oleh pelaku pasar, maka akan menjadi sentimen positif untuk pasar modal," ucap dia.

Strategi Investasi

Di tengah tekanan net sell asing, Nico menyebut masih ada peluang untuk investor melakukan akumulasi. Dengan catatan investor harus mencemari ketahanan fundamental sang emiten.

Sementara Hans menyarankan investor bisa melakukan trading atau transaksi jangka pendek selama IHSG masih belum berhasil menembus level psikologis di 7.000.

"Selagi menunggu IHSG menembus 7.000, investor bisa trading. Kalau ada pelemahan bisa buy on weakness," ucap Hans.

 
BBNI Chart by TradingView

Saham pilihan Hans jatuh pada saham-saham perbankan dengan kapitalisasi besar seperti, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Hans juga menyukai sektor konsumer seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Selain itu Hans mengatakan penghujung berakhirnya masa jabatan presiden, sektor infrastruktur juga akan mendapatkan sentimen positif karena ada penyelesaian proyek.

"Biasanya habis pemilu properti akan jalan sehingga permintaan akan bahan baku seperti semen akan diuntungkan. Keduanya bisa buy on weakness," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari