KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah memecah rekor
all time high, Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) masih nyaman bertengger di level 7.100 sejak awal pekan ini. Hingga penutupan Rabu (6/1), IHSG masih bertahan di 7.104,22 meski sepanjang perdagangan berada di zona merah. Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyakini, selama IHSG tidak turun di bawah level 7.000, maka area 7.100 akan menjadi
support terkuat. Tidak hanya sebagai garis batas, tapi juga secara psikologis. Data ekonomi di dalam negeri telah mendorong penguatan IHSG. Sejauh ini, pemulihan ekonomi yang diiringi peningkatan daya beli dan konsumsi, serta fiskal yang berjalan baik memberikan fundamental ekonomi Indonesia yang jauh lebih kuat.
Baca Juga: IHSG Meradang di Akhir Perdagangan, Rabu (6/4) "Perekonomian kita kian belajar dari Covid, dimana perekonomian akan tetap berjalan sekalipun harus terjadi pembatasan aktivitas masyarakat. Namun kita juga harus realistis. Konflik Rusia dan Ukraina membawa ketidakpastian di pasar," ujar Nico kepada Kontan.co.id, Rabu (6/4). Pilarmas Investindo Sekuritas pun masih menargetkan IHSG akan bergerak ke level 7.380 pada tahun ini. Nico memberikan catatan, meski pelaku pasar memiliki optimisme yang besar terhadap pemulihan ekonomi, tapi ada kondisi ketidakpastian yang masih membayangi. Dia memandang inflasi sebagai variabel utama yang akan berdampak terhadap pemulihan ekonomi secara global. Di sisi lain, kenaikan tingkat suku bunga The Fed yang diikuti oleh sejumlah negara mendorong pengetatan kebijakan moneter. Kondisi ini memungkinkan konsumsi dan daya beli melambat, yang berakibat terganggunya pertumbuhan ekonomi. "Oleh sebab itu kami melihatnya dengan optimistis namun tetap realistis. Sekalipun IHSG saat ini sudah menyentuh rekor terbarunya, tapi kami masih belum mengubah target. Butuh waktu dan proses untuk menuju 7.380, tentu tidak mudah karena adanya ketidakpastian tadi," ujar Nico.
Baca Juga: Rawan Profit Taking, IHSG Diprediksi Melanjutkan Pelemahan pada Kamis (7/4) Sementara itu, CEO Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya meyakini tren
recovery ekonomi dan kenaikan harga komoditas akan menguntungkan bagi Indonesia sebagai negara net eksportir komoditas. Sucor Sekuritas masih mematok target IHSG tahun ini pada kisaran 7.400 - 7.600. Bernadus mengatakan, target IHSG tersebut berdasar ekspektasi adanya pertumbuhan pendapatan dari emiten yang melantai Bursa Efek Indonesia bisa mencapai 20% pada tahun ini. Ada sejumlah faktor yang mendasari ekspektasi tersebut. Mulai dari rekor surplus neraca perdagangan Indonesia yang mencapai US$ 35,34 miliar sepanjang 2021, proyeksi pertumbuhan kredit dari Bank Indonesia yang bisa mencapai 8% secara tahunan pada 2022, tingkat vaksinasi, hingga indeks aktivitas manufaktur PMI yang ekspansif di atas 50.
Baca Juga: Arus Dana Asing Masih Deras Masuk Pasar Modal Indonesia Sejak Awal 2022 Di samping itu, neraca perdagangan pada Februari 2022 pun mencatatkan surplus US$ 3,83 miliar. Surplus tersebut membuat kurs Rupiah menjadi lebih stabil di tengah kebijakan
hawkish dari The Fed. Investor asing dinilai akan lebih suka berinvestasi di aset berbasis Rupiah, ketika kurs stabil dan menguat. "Di Amerika, dengan inflasi menyentuh 7,9% namun
yield US Treasury 2,4% membuat market Amerika menghasilkan
negative real return dan menjadikan market kita lebih menarik," ujar Bernadus. Research Analyst Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper mengungkapkan bahwa pihaknya memproyeksikan IHSG berada di level 7.300 hingga akhir tahun ini.
Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Berpotensi Kembali Melemah Besok Faktor penggerak pasar utamanya berasal dari pengendalian pandemi Covid-19 yang akan menjadi endemi, kenaikan harga komoditas yang akan mendorong trade balance, serta produk domestik bruto (PDB) Indonesia. "(IHSG) kuartal kedua akan menanti data PDB yang akan menjadi pembuktian," sebut Dennies. Sedangkan Nico melihat peluang penguatan IHSG di kuartal kedua 2022 ini masih terbuka lebar. Menurut dia, ada potensi penguatan IHSG dengan probabilitas 31% untuk dapat menyentuh level 7.200. Meski begitu, Nico meminta pelaku pasar untuk tetap berhati-hati. Alasannya, pada periode ini The Fed akan beraksi dengan menaikkan tingkat suku bunga hingga 50 basis point. Ditambah dengan adanya momentum Ramadan - Lebaran, yang akan mendorong inflasi.
Baca Juga: Meski IHSG Turun ke 7.104 pada Rabu (6/4), Net Buy Asing Masih Deras Menimbang hal tersebut, Bank Indonesia pun berpotensi menaikkan tingkat suku bunga pada kuartal kedua 2022. Nico memperkirakan IHSG kuartal kedua akan bergerak di 7.000-7.150. "Tentu hal ini akan menjadi pemberat IHSG bagi kuartal kedua 2022. Namun ini merupakan bagian proses selanjutnya untuk membuat perekonomian Indonesia jadi lebih kuat hingga akhir tahun," terang Nico. Bernadus menambahkan, momentum Ramadan dan Lebaran akan mendorong konsumsi ke sektor transportasi, ritel,
consumer goods dan
poultry. Terlebih dengan adanya pelonggaran mobilitas dan mudik yang sudah diperbolehkan. Di tengah harga komoditas yang masih tinggi, Bernadus pun memproyeksikan IHSG pada Q2-2022 akan bergerak di level
support 7.080 dan
resistance pada 7.148, dengan fase
uptrend.
Baca Juga: IHSG Beberapa Kali All Time High, Henan Putihrai Tetap Pertahankan Target Akhir 2022 Saham-saham Pilihan
Menimbang sejumlah faktor di atas, Bernadus memberikan rekomendasi untuk mencermati saham-saham di sektor properti. Sebab secara historis,
supercycle commodity yang panjang akan mendorong permintaan ke properti sebagai diversifikasi investasi. Selanjutnya, sektor lain yang menurut Bernadus menarik untuk diperhatikan investor adalah perbankan, komoditas dan emas. Sementara itu, Dennies menilai saham perbankan masih menarik untuk dikoleksi, seperti
BBCA,
BBNI, dan
BBRI. Kemudian di sektor tambang, Dennies menjagokan saham
INDY,
ITMG,
PTBA,
ADRO, dan
ANTM.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 14.364 per Dolar AS pada Rabu (6/4) Di sektor ritel, pelaku pasar disarankan mencermati saham
ERAA dan
ACES. Sedangkan di sektor telekomunikasi Dennies merekomendasikan saham
TLKM dan
EXCL. Adapun Nico masih menjagokan saham komoditas,
consumer, dan perbankan. Menurut dia, saham-saham yang masih menarik untuk dilirik antara lain
BBCA,
BBRI,
BBNI,
BMRI,
ARTO,
ICBP,
INDF,
AALI,
MDKA,
EMTK,
TLKM,
EXCL, dan
JSMR. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati