IHSG diprediksi berbalik menguat pada Kamis (2/12)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabngan (IHSG) tercatat memerah pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (1/12). IHSG melemah 26,25 poin atau 0,40% ke level 6.507,67.

Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mencermati, pelemahan IHSG hari ini diperberat oleh peningkatan risiko ketidakpastian karena penemuan varian baru Covid-19. Di sisi lain, adanya rencana pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif oleh The Fed. 

Untuk perdagangan besok Kamis (2/12), IHSG berpotensi technical rebound terbatas dengan kisaran 6.530 hingga 6.550. 


"Hal ini didasari pertimbangan teknikal bahwa level 6.500 merupakan strong support pertama IHSG dan berhimpitan dengan MA20. Selain itu, Stochastic RSI menunjukan sinyal oversold," ujar Valdy kepada Kontan.co.id, Rabu (1/12). Adapun IHSG memiliki level support di 6.450 dan level resistance di level 6.550 . 

Baca Juga: Ciamik, kinerja obligasi korporasi mengungguli IHSG

Adapun sentimen peningkatan risiko ketidakpastian masih akan berlanjut dan berpotensi menahan rebound IHSG. Begitu pula dengan pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif oleh The Fed yang berpotensi memberatkan pergerakan IHSG. 

Kekhawatiran ini diindikasikan dari berlanjutnya net sell pada perdagangan Rabu (1/12). Akumulasi net sell investor asing mencapai Rp 2,9 triliun dari 25 November 2021. Akumulasi pelemahan IHSG mencapai 2,63% pada periode yang sama. Sejalan dengan hal tersebut, nilai tukar rupiah kembali melemah sebesar 0,14% ke Rp 14.340 per US$ pada Rabu (1/12) sore. 

Sementara itu, dari data ekonomi, Indonesia mengalami penurunan indeks manufaktur dari 57,2 di Oktober 2021 ke 53,9 di November 2021. Penurunan indeks manufaktur (Caixin) juga dialami Tiongkok dari 50,6 di Oktober 2021 ke 49,9 di November 2021. 

Baca Juga: IHSG turun ke 6.507 pada Rabu (1/12), net sell asing mencapai Rp 622 miliar

Indikasi penurunan aktivitas manufaktur di Tiongkok ditengah potensi peningkatan kasus baru Covid-19 memicu kekhawatiran berlanjutnya global supply chain disruption yang memicu kenaikan inflasi, terutama di Eropa dan AS.  Adapun hal ini yang menjadi salah satu alasan the Fed mempertimbangkan pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif.

Mempertimbangkan kondisi di atas, Valdy menyarankan untuk memperhatikan saham-saham defensif, terutama INDF, ICBP, KLBF dan TLKM. Saham lain yang dapat diperhatikan adalah BMRI, BNBA, MPPA, TOWR, dan AKRA.

Selain itu, di tengah potensi rebound harga CPO seiring potensi peningkatan curah hujan untuk beberapa waktu ke depan, investor bisa juga mencermati saham-saham CPO seperti AALI dan SIMP

Baca Juga: Sambut window dressing, investor asing koleksi saham-saham ini saat IHSG memerah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati